Adanya Pandemi Malah Buat Dua Universitas Bersinergi Adakan Bedah Buku Bersama

6 Desember 2020, 19:18 WIB
Tangkapan kayar zoom diskusi buku kerja sama UGM dan UIN Bandung, baru-baru ini /HUMAS UIN SGD/

JURNAL SOREANG- Tak terbayangkan sebelumnya dua universitas besar di bawah Kemendikbud yakni UGM Yogyakarta dan UIN Sunan Gunung Djati (SGD) bisa bersinergi dalam bedah buku. Adanya pandemi sehingga berkembang webinar melalui zoom membuat dua lembaga itu menggelar bedah buku.

Adalah Prodi Ilmu Politik (Ilpol) FISIP UIN SGD bekerjasama dengan Prodi Kajian Budaya dan Media (KBM) Sekolah Pascasarjana UGM yang menggelar Diskusi Buku Gerak Kuasa bertajuk "Wacana Diaspora dan Siasat Ruang Ambang: Paul Gilroy dan Homi Bhabha".

Dilu penulis buku yakni Dr. Kris Budiman (UGM) dan Dr. Ikwan Setiawan (Universitas Negeri Jember) dengan pembahas oAsep M Iqbal, Ph.D (dosen FISIP UIN SGD), Prof Rachmi Diyah Larasati (Dosen University of Minnesota, USA) dan dipandu oleh Dr. Muslim Mufti, M.Si (dosen FISIP UIN SGD) dan dihadiri Dekan FISIP IIN SGD, Prof. Ahmad Ali Nurdin, MA., Ph.D.

Baca Juga: Kampus Islam Ini Malah Unggul di Prodi Kimia dengan Raih Akreditasi A

Saat dihubungi, Sabtu, 5 Desember 2020, Prof Ali sangat mengapresiasi kegiatan ilmiah dengan model kolaborasi antarlembaga untuk menjadi tradisi yang baik bagi pengembangan kelembagaan.

“Saya memberikan apresiasi yang setinggi-tinginya atas kerjasama antara Prodi Ilmu Politik FISIP UIN Bandung dengan Prodi Kajian Budaya dan Media Sekolah Pascasarjana UGM. Saya kira ini tradisi bagus kolaborasi antara dua lembaga, mudah-mudahan bisa terus ditingkatkan,” tuturnya.

Prof. Ali menegaskan kolaborasi lembaga ini diharapkan dapat berkontribusi bagi pengembangan keilmuan, termasuk bidang ilmu politik dan ilmu-ilmu sosial lainnya.

Baca Juga: Jelang Libur Akhir Tahun, Pemkab Bandung Gelar Tes Usap PCR Untuk 1000 Pelaku Usaha Pariwisata

“Kerjasama ini penting sebagai ikhtiar kita dalam menyebarkan ilmu. Oleh karena itu, kolaborasi ini perlu ditindaklanjuti. Jika kerjasama ini dimulai dengan diskusi buku, maka selanjutnya bisa kerjasama dalam bidang penelitian dan bidang lainnya,” ujarnya.

Dr. Kris Budiman, salah satu penulis buku Gerak Kuasa, dalam pemaparannya menyampaikan bahwa Paul Gilroy adalah keturunan Guyana; kelahiran London, 16 Februari 1956. Tulisan-tulisannya mencakup kajian kulit hitam; sejarah, politik ras(isme) dan resistensi terhadapnya; iklan politik; musik diaspora; video musik; komedi dan karya-karya seni lain; arkeologi sastra dan budaya.

"Bukunya yang dianggap monumental adalah The Black Atlantic: Modernity and Double Consciousness (1993), yang mengeksplorasi diaspora kulit hitam di Amerika dan Eropa," ucapnya.

Baca Juga: Ini Sebutan dari Gus Miftah Buat Pejabat yang Suka Makan Uang Rakyat Terutama Bansos Corona

Dosen Kajian Budaya dan Media UGM ini, menuturkan diaspora diasosiasikan dengan pergerakan-pergerakan antarlokasi, bahkan dislokasi, dan citra-citra perjalanan yang beragam.

“Diaspora adalah proses migrasi, baik yang disebabkan oleh keterpaksaan (diaspora politis) ataupun secara sukarela (diaspora kultural) – Homi K. Bhabha,” tuturnya.

Menurut Dr. Kris dalam kajian pascakolonial diaspora mengacu kepada fenomena geografis sekaligus konsep teoretis sebagai suatu cara pandang atas pergerakan manusia, kapital, dan informasi global.

Baca Juga: Cek Fakta. Pemilik Kartu BPJS Kesehatan Akan Dapat Bantuan Rp 2,4 Juta

“Politika diaspora (diaspora politics): diaspora bukan sekadar perpindahan atau pengembaraan, sebab ada faktor kekerasan (perang, kelaparan, perbudakan, dll.) yang menjadi unsur integralnya. Puitika diaspora (diaspora poetics): dimensi kewacanaan diaspora, seperti tampak pada wacana kesastraan dan ekspresi artistik lainnya, yang menjadi kekuatan budaya ekspresifnya,” tambahnya.***

Editor: Sarnapi

Tags

Terkini

Terpopuler