Ekowisata Halal Bisa Jadi Andalan Kabupaten Bandung

- 27 September 2020, 11:58 WIB
Wisatawan menikmati kesegaran kebun teh Walini di Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung
Wisatawan menikmati kesegaran kebun teh Walini di Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung /Sarnapi/
 
 
JURNALSOREANG-Hamparan lahan nan menghijau memanjakan mata para wisatawan yang datang ke Kabupaten Bandung. Tentu saja ini lah kelebihan Kabupaten Bandung sehingga berbasis ekowisata.
Namun, dengan penduduk Indonesia termasuk Kabupaten Bandung yang rata Muslim, maka bisa menawarkan kelebihan tersendiri yakni ekowisata halal.
Hal ini lah yang coba dilakukan UIN Sunan Gunung Djati dengan menginisiasi adanya desa ecowisata halal di Kabupaten Bandung sehingga mendapatkan penghargaan dari Pemkab Bandung.  
Rektor UIN SGD, Mahmud mengatakan, desa ecowisata halal ini berada di Desa Indragiri, Kecamatan Rancabali, yang awalnya dari pengabdian mahasiswa dan dosen UIN SGD.
"Desa ecowisata halal adalah bagian dari inovasi pemberdayaan masyarakat pedesaan berbasis lingkungan dan wisata yang dipadupadankan dengan budaya lokal (local wisdom) dan nilai-nilai religiousitas," kata Mahmud didampingi Ketua Prodi Ekonomi Syariah, Muhammad Hasanuddin, saat dihubungi Minggu,  27 September 2020. 
 
Inisiator desa ecowisata halal ini dilakukan oleh Muhammad Hasanuddin bersama Dr. Sofian Al Hakim dan didukung dosen senior Dr. H Atang Abd Hakim. "Desa ecowisata halal merupakan bagian dari episode riset yang dilakukan terkait Manajemen Hotel Syariah  pada 2016, riset Pariwisata Halal di Nusa Tenggara Barat dan Aceh pada tahun 2017,  dan pada tahun 2018 riset wisata halal di Singapura dan Malaysia," katanya.
Transformasi hasil riset baru dilakukan setelah menemukan berbagai poblematik pada saat membimbing Kuliah Kerja Nyata KKN mahasiswa UIN SGD Bandung ke wilayah Indragiri, Rancabali pada 2018. "Sejak itulah para inisiator memunculkan ide, gagasan, lalu menyusun konsep Desa Ecowisata Halal," katanya.
 
Momentum ekowisata halal bisa menjadi unggulan di kala wisata Kabupaten Bandung mulai menggeliat dari hantaman pandemi  Covid-19.  Kondisi pariwisata di Bandung Selatan khususnya Ciwidey dan Rancabali belum normal seperti sedia kala.
"Meski kami sudah membuka obyek wisata kolam pemandian air panas sejak 27 Juni lalu, tapi sudah seminggu ini jumlah pengunjung belum normal," kata Staf Bagian Informasi Kolam pemandian air panas Walini, Herman Rubiana.
Dia menambahkan, biasanya pada akhir pekan jumlah pengunjung sampai 3.000 orang. "Bahkan kalau IdulFitri bisa sampai 5.000 orang. Namun sudah dua bulan ini belum normal kondisinya," ucapnya.
Jumlah pengunjung baru sekitar 1.000 orang pada akhir pekan. "Tempat parkir mobil juga baru terisi seperempatnya, sedangkan sebagian besar pengunjung menggunakan sepeda motor. Ini berarti lebih banyak wisatawan lokal sekitar Bandung," ucapnya.
 
Dia memperkirakan situasi mulai normal pada akhir tahun mendatang sebab saat ini pandemi Corona belum berakhir. "Semoga bisa normal pada akhir tahun atau maksimal awal tahun 2021. Memang pariwisata Bandung Selatan sudah mulai menggeliat, namun belum seperti yang diharapkan," ujarnya.
Mengenai penerapan protokol kesehatan, Herman mengatakan, pihaknya menerapkan dengan cukup ketat. "Bahkan kami empat kali melakukan simulasi protokol kesehatan sehingga baru boleh menerima kunjungan wisatawan," katanya.***

Editor: Sarnapi


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x