Begini Sistem Scouting Brighton and Hove Albion. Rekrut Pemain dari Tim Tak Terkenal Bisa Jadi Bintang

- 3 Oktober 2023, 10:16 WIB
Tony Bloom, presiden Brighton & Hove Albion/twitter/garistengah_id
Tony Bloom, presiden Brighton & Hove Albion/twitter/garistengah_id /

JURNAL SOREANG - Suatu hal yang lumrah jika sebuah tim melakukan transfer pemain. Namun ada perbedaan yang dilakukan oleh Brighton & Hove Albion, yaitu membeli pemain dari tim yang kurang dikenal oleh pecinta sepak bola, terutama di Indonesia. Namun dalam satu hingga dua musim, pemain yang dibelinya akan menjadi calon pemain top Eropa. 

Beberapa pemainnya itu adalah Moises Caicedo yang saat ini bermain untuk Chelsea, Kaoru Mitoma, hingga Julian Enciso. Bagaimana tim yang berasal dari Inggris bagian selatan itu melakukannya? 

Dikutip Jurnal Soreang dari cuitan akun Twitter X Garis Tengah @garistengah_id yang diposting pada 3 Mei 2023, ada tiga proses yang dilakukan oleh Brighton & Hove Albion itu. Yang pertama adalah proses scouting. Presiden tim, Tony Bloom, punya software khusus untuk memantau talenta-talenta pemain dari seluruh dunia. Untuk algoritma software itu, pihak tim merahasiakannya kepada publik. 

Baca Juga: Wapres Maruf Amin: Ekonomi dan Keuangan Syariah sebagai Pendorong Visi Indonesia Emas 2045

Nantinya akan muncul sebuah nama dari pemain itu muncul di video, akan muncul indikator lampu. 

Lampu hijau yang berarti pemain itu cocok untuk tim, lampu kuning artinya pemain itu hampir memenuhi kriteria, dan lampu merah menunjukkan bahwa pemain itu perlu monitoring lebih lanjut. 

Tak hanya itu, cakupan tim yang berjuluk The Seagulls cukup luas. Pasalnya, mereka mengincar pemain dari negara yang jarang diekspor oleh tim pesaing di Premier League. 

Meski tim lain di Premier League bisa melakukannya, namun hasilnya tidak semaksimal Brighton & Hove Albion. Mengapa hal itu terjadi? 

Baca Juga: Disperkimtan Sukseskan Program Bandung Bedas, Gerry Sundana: Tahun 2022, Kawasan Kumuh Berkurang 161,89 Ha

Di proses kedua ini, kita menamakannya proses akuisisi pemain. Tim besar seperti Manchester United hingga Arsenal tentu sangat mudah untuk memperluas cakupan scouting. 

Mereka dengan gampang menemukannya. Masalahnya ada saat pemain itu sudah diakuisisi tim. Tim belum tentu memberikan tempat bagi mereka. Hal itu berbeda dengan The Seagulls. 

Contohnya pada Moises Caicedo yang didatangkan dari negaranya, Ekuador pada awal 2021. 

Pada musim panas 2021, tim meminjamnya ke salah satu tim di Belgia. Setelah membela tim asal Belgia itu selama semusim, Caicedo bisa menggantikan Yan Bissouma yang pindah ke Tottenham Hotspurs. Kasus Caicedo juga sama yang dialami oleh Kaoru Mitoma dan Alexis MacAlister. 

Baca Juga: Revolusi Transportasi: Menko Luhut Ajak Masyarakat Ikut Bangun Budaya Baru dengan Transportasi Massal

Mitoma datang ke tim itu pada Agustus 2021 dan langsung dipinjamkan ke Union SG yang merupakan tim asal Belgia. 

Setelah semusim disana, Mitoma menjadi andalan sisi kiri Brighton hingga sekarang. Begitu juga dengan Alexis MacAllister yang didatangkan pada Juni 2019. 

Setelah dibeli, Mac Allister dipinjamkan ke Boca Juniors selama semusim. Setelahnya, ia mendapatkan tempat di starting eleven Brighton. 

Bayangkan jika Mac Allister langsung diakuisisi oleh salah satu tim dari Big Six Premier League. Mungkin saja tidak dapat menit bermain yang cukup. Itu artinya, Mac Allister bisa saja tidak memperkuat timnas Argentina di Piala Dunia 2022 di Qatar, tidak bisa berbuat apa-apa untuk mencapai apa yang diimpikan Lionel Messi, hingga tidak semahal sekarang nilainya. 

Baca Juga: 11 Bingkai Twibbon National Boyfriend Day 2023, Desain Romantik, Cocok Digaikan di Medsos dan Pasangan!

Terakhir adalah tahap dimana pemain yang direkrut itu menjadi pemain top Eropa. Ben White yang saat ini menjadi pemain Arsenal itu didapatkan oleh Brighton secara gratis dan dijual ke Arsenal sebesar €58 juta. 

Tak hanya itu, Marc Cucurella yang menghasilkan keuntungan bagi Brighton sebesar €47 juta. 

Keuntungan sebesar itu mungkin adalah hal yang biasa bagi tim lain, namun bagi Brighton itu adalah istimewa. 

Ketika mereka pergi dari tim, The Seagulls bisa menambalnya melalui pemain yang mereka beli sebelumnya dan mereka kembangkan. 

Hal itu membuktikan bahwa gap antara pemain inti dengan pemain cadangan tidak jauh. 

Contohnya pada laga melawan Wolverhampton Wanderes yang disudahi dengan skor 6:0. Jika kita lihat startin eleven dan pencetak gol adri Brighton, banyak pecinta sepak bola Indonesia yang kebingungan dan mencari nama pemain itu di Google atau media sosial yang mereka punya. 

Baca Juga: Acara Istana Berbatik: Menkominfo Tekankan Nilai Filosofis dan Kontribusi Ekonomi Batik

Meski banyak menghasilkan pemain top Eropa, sistem yang dimiliki Brighton itu juga pernah menemui kegagalan. 

Contohnya pada Alireza Jahanbakhsh, Jurgen Locadia, hingga Jose Izquierdo. Tapi, apa salahnya jika tim top Eropa melakukannya. 

Apalagi jika dilakukan oleh tim sepak bola asal Indonesia. Bukan tidak mungkin bisa mencetak pemain sepak bola asal Indonesia yang berkualitas.***

Editor: Yoga Mulyana

Sumber: Twitter


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah