Banyak Datangkan Pemain Bintang Eropa di Liga Profesional Saudi, Liga Sepakbola Ini Sudah Lebih Dulu

- 26 Juni 2023, 14:48 WIB
Mengenang masa jayanya CSL yang lebih dulu datangkan pemain bintang Eropa ke Asia.
Mengenang masa jayanya CSL yang lebih dulu datangkan pemain bintang Eropa ke Asia. /Twitter @chineseleagueuk
JURNAL SOREANG - Sebelum Roshn Saudi League (RSL sebutan liga sepakbola Arab Saudi) yang mendatangkan pemain bintang, sebenarnya ada liga sepakbola yang lebih dahulu melakukannya. Adalah CSL (Chinese Super League) pada era 2010-an yang merekrut sejumlah pemain bintang Eropa. Saat ini, pamor liga tersebut makin tenggelam.

Dikutip Jurnal Soreang dari akun Twitter Panditfootball.com @panditfootball, semua ini berawal dari visi misi Xi Jinping, Presiden China yang menginginkan negerinya lolos kualifikasi Piala Dunia, menjadi tuan tumah Piala Dunia, hingga menjadi juara dunia pada 2011.
 


Salah satu kebijakannya saat itu adalah memasukkan kurikulum sepakbola dalam pendidikan jasmani (olahraga) di semua dekolah pada 2012. Selain itu, ia juga menargetkan pembangunan 50 ribu lapangan sepakbola seluruh sekolah di penjuru China pada 2025. Saat itu, China hanya memiliki 5 ribu lapangan sepakbola seluruh sekolah di penjuru China.
 
Baca Juga: 5 Mengubah Potensi Daging Kurban Menjadi Gulai Berbagai Negara dengan Kelezatan yang Menggugah Selera

Tak hanya itu, pemerintah China juga mendorong perusahaan besar dan miliarder/pengusaha China untuk berinvestasi yang besar dalam acara olahraga, tim, fasilitas, agensi, dan sponsor. Baik acara yang diadakan di dalam negeri maupun luar negeri. Contoh dari investasi ini adalah stadium markas Atletico Madrid saat ini, Metropolitano Stadium, yang dibiayai oleh Wanda Group, perusahaan yang bergerak di bidang properti dan operator bioskop asal China, untuk merenovasi stadion pada 2004. Alasan renovasi karena Spanyol mengajukan kota Madrid sebagai tuan rumah Olimpiade 2012 yang akhirnya dimenangkan oleh kota London, Inggris.

Pada 2014, pemerintah China melalui Badan Administrasi Umum Olahraga merumuskan rencana membangun industri olahraga senilai USD 813 miliar pada 2025. Strategi ini melibatkan banyak hal mulai dari mempromosikan olahraga hingga mendorong investasi dari luar negeri di bidang olahraga dengan mempermudah proses persetujuan administratif.

Sejumlah perusahaan besar di China seperti Alibaba Group dan Wanda Group berinvestasi miliaran USD untuk membantu pembangunan fasilitas olahraga di negaranya. Investasi ini jyga mencakup penamaan tim sepakbola profesional China. Seperti Shandong Luneng Taishan, Guangzhou Evergrande, dan lainnya. Perusahaan yang terlibat dalam penamaan 16 tim China divisi satu yang dikenal Chinese Super League (CSL) berasal dari berbagai bidang. Mulai dari penanaman modal negara (PMN), Badan Usaha Milik Negara (BUMN), properti, hingga perusahaan suku cadang mobil dan motor.
 
Baca Juga: Lolos PPDB 2023 Jawa Timur Tahap II? Lakukan Ini Dulu Sebelum Daftar Ulang, CPDB Jangan Sampai Lupa!

Selain pembinaan, CSL juga diperintahkan untuk melebarkan sayap. Salah satunya dengan membeli pemain bintang top Eropa. Tujuannya untuk menaikkan pamor CSL dan menarik perhatian penonton di luar China. Salah satu transfernya adalah pembelian Oscar, gelandang serang timnas Brazil yang pada 2017 membela Chelsea, tim Premier League yang saat ini susah dua kali juara UEFA Champions League.

Investasi besar-besaran tersebut dilakukan hingga 2018. Hasilnya ada 187 juta penggemar sepakbola di China dengan rata-rata 24 ribu penonton yang menonton di stadion masing-masing tim. Di tahun yang sama, keluar kebijakan untuk tim agar tidak mengeluarkan biaya yang besar untuk pemain asing. Batasannya £ 5 juta atau USD 7 juta utnuk setiap tim. Jika lebih dari itu, denda sebesar £ 5 juta atau USD 7 juta menanti tim untuk dibayarkan ke CFA (PSSI-nya China).

Pemberlakuan kebijakan ini bertujuan untuk menghentikan pemain top Eropa yang masuk usia senja/pensiun untuk bermain ke CSL dengan harapan mendapatkan gaji fantastis yang mengganggu keuangan tim. Selain itu, tim selalu bergantung pada mikiarder kaya dan sponsor perusahaan sebagai fokus pemasukan utama tim, tanpa memiliki model bisnis yang berkelanjutan. Terakhir, kebijakan ini sebagai pencegahan tim agar tidak memiliki utang yang besar karena pengeluaran berlebihan.
 
Baca Juga: Hobi Menyanyi! Mengenal Sosok Miss Farida, Artis Cilik yang Viral di Hajatan

Dampak dari investasi jor-joran itu dialami oleh tim Shanghai dan Jiangsu. Kedua tim tersebut mengalami penurunan jumlah penonton yang mengakibatkan pemasukan finansial tim berkurang. Hal ini yang menjadi alasan nercara keuangan kedua tim dan tidak bisa membayar gaji pemain.

Pemasukan tim CSL makin menipis dan keuangan makin kacau setelah adanya wabah COVID-19 yang mengakibatkan perusahaan besar dan miliarder menarik diri. Ini diperparah dengan penangkapan Chen Xuyuan, presiden CFA pada Februari 2022 akibat korupsi. Selain Chen, pejabat lainnya juga ikut diperiksa. Termasuk mantan pelatih timnas China, Li Tie. ***
 
 
 
 
 

Editor: Josa Tambunan

Sumber: Twitter @panditfootball


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x