Kronologi Tragedi Kanjuruhan Versi Pedagang Dawet, Bukan Gas Air Mata Pemicunya? Ini Kesaksiannya Secara Rinci

- 3 Oktober 2022, 16:41 WIB
Tragedi Kanjuruhan, kronologi versi pedagang dawet
Tragedi Kanjuruhan, kronologi versi pedagang dawet /Instagram.com/@nu.nl

JURNAL SOREANG - Kerusuhan olahraga yang terjadi di Stadion Kanjuruhan begitu menyisakan luka mendalam bagi dunia sepakbola tanah air dan seluruh warga Indonesia. 

Ratusan korban berjatuhan, tragedi kerusuhan Kanjuruhan menjadi insiden paling banyak memakan korban jiwa sepanjang sejarah gelaran kompetisi olahraga Indonesia. 

Beberapa saksi menyebut gas air mata menjadi salah satu pemicu kerusuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan hingga membuat suporter berdesakan keluar pintu masuk dan terjebak di dalam Stadion. 

Baca Juga: Kerusuhan Kanjuruhan jadi 'Bom Waktu' yang Meledak, Ternyata Inilah 3 Asal Mula Rivalitas Aremania dan Bonek

Namun lain cerita denngan kesaksian yang diberikan oleh seorang pedagang dawet yang lapaknya berada tidak jauh dari pintu stadion. 

Kesaksian pedagang dawet tersebut dibagikan dalam unggahan akun Instagram @mbahrunnajah, yang menyematkan keterangan 'tragedi KANJURUHAN Kesaksian ibu-ibu pedagang dawet Tragedi kanjuruhan kabupaten Malang. 

Baca Juga: Kerusuhan Kanjuruhan jadi 'Bom Waktu' yang Meledak, Ternyata Inilah 3 Asal Mula Rivalitas Aremania dan Bonek

Rekaman suara seorang wanita paru baha menceritakan kronolgi kerusuhan tragedi Kanjuruhan mulai terjadi setelah selesai pertandinagn Arema vs Pesebaya dalam gelaran BRI liga 1 yang menyisakan kekalahan Singo Edan. 

Menurutnya benar adanya gas air mata yang sempat mebuat panik suporter yang akan meninggalkan Stadion, namun kerushuhan besar yang menimbulkan korban berjatuhan disinyalir oleh faktor lain. 

"Yang lebih parah itu akhirnya mereka uyel-uyelan (berdesakan) keluar karena menghindari gas air mata, gas air matanya gak terlalu anu, ini uyel uyelane karo sodok sodokankane (saling mendonrong)  sesama suporte," terang rekaman suara yang mengaku sebagai pedagang dawet yang menyakiskan secara langsung di lokasi kejadian.

Baca Juga: Sukses Hancurkan United dalam Derby Manchester, Pep Guardiola Ucapkan Ini untuk Sepak Bola Indonesia

"Di pintu 3 sebelah kiri warung saya ada anak kecil terjepit dari situ awalnya ditolong sama polisi pak Arif namanya, orang Batu, terus ditolong dilindungi terus di bawa," imbuhnya. 

Ia mengungkap bahwa kerusuhan besar hingga baku hantam terjadi dipicu oleh beberapa suporter yang tengah mabuk. 

"Tapi wong suporter sakdurunge wes ngombe kabeh (tapi itu suporternya sebelumnya sudah minum alkohol), yang meninggalpun itu banyak yang berbau alkohol, yang saya tolong mas Na** itu juga pemabuk, nah itulah si pak Arif ini nolong tapi dipukuli kepalanya, kenapa saya tau saya tolong di warung saya," ungkpanya.

Baca Juga: Buntut Konten Prank KDRT ke Polisi, Baim Wong dan Paula Verhoeven Membuat Video Klarifikasi, Begini Katanya 

Berdasarkan kesaksian ibu pedangang dawet tersebut aksi brutal sempat dilakukan oleh sejumlah oknum yang tengah mabuk yang membuat keadaan Stadion makin kisruh dan rusuh. 

Bahkan dawet dagangannya sempat akan diambil untuk dijadikan senjata pukul oleh sejumlah oknum yang menurutnya tengah mabuk. 

Baca Juga: Sudah Dihubungi oleh AFC hingga FIFA, Benarkah Sanksi Pembekuan Sepakbola di Indonesia akan Segera Terjadi?

"Malah saat itu dawet ku itu kate dikepruke yo aku ojo yo iki dawet, terus anak kecil ini diraupi di tokoku. Juber cah ini sembarang wong iku diantemi karena mereka mabuk, dan banyak yang konsumsi obat terlarang," ungkapnya. 

(malah saat itu dawet saya mau dibuat mukul, ya saya bilang jangan ini dawet, terus kan anak kecil ini dibasuh mukanya di toko saya. Berantakan ini sembarang orang itu dipukul karena mereka mabuk dan banyak yang konsumsi obat terlarang). 


Baca Juga: Sukses Hancurkan United dalam Derby Manchester, Pep Guardiola Ucapkan Ini untuk Sepak Bola Indonesia

Ibu dawet itu menyaksikan sejumlah polisi sempat dipukuli dan dikeroyok dalam insiden ricuh tersebut. 

"Akhirnya polisi telu (3) itu masuk ke toko, kita selamatkan, ini critanya saya tau, kepalanya benjol-benjol, yang kedua polisi sampai bajunya yang polwan-polwan dicopoti itu diuber (dikejar-kejar) sama suproter (mabuk)," terangnya. 

"Itu polisi yang satu di atas  tribun yang dari Trenggalek, dihajar habis-habisan yang beli kopi sebelumnya di saya," ungkapnya. 

Baca Juga: Sukses Hancurkan United dalam Derby Manchester, Pep Guardiola Ucapkan Ini untuk Sepak Bola Indonesia

Dalam akhir rekaman kesaksian pedagang dawet tersebut mengungkap bahwa dalam tragedi ini tidak bisa mneyalahkan pihak suporter ataupun polisi. 

"Makanya kita gak bisa menyalahkan polisinya gak bisa menyalahkan suporter nya, karena suportenya intinya dia itu gengsinya itu kenapa bisa kalah di kandang sendiri," terangnya. 

Ibu dawet juga sempat menyaksikan sejumlah oknum yang berteriak kasar meluapkan rasa tidak terima atas kekahalan tim yang dijagokan.

Baca Juga: Sukses Hancurkan United dalam Derby Manchester, Pep Guardiola Ucapkan Ini untuk Sepak Bola Indonesia

"Itu mereka teriak misoh-misoh gak karu-karuan wes gelut ae ngene ki gelut ae, ada pak polisi mek guya guyu ae polisine (Itu mereka teriak ngomong kasar, gak karuan: ayok sini berantem aja sini ini berantem saja, ada pak polisi hanya cengar cengir saja polisinya)" ungkpanya.***

Editor: Nasichatul Ma'Ali

Sumber: Instagram


Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x