Dilaporkan jika salah satu pendukung mereka, Valentin Ceausescu, adalah orang yang pertama kali melakukan provokasi agar para pemain dan staf kesebelasan protes.
Valentin adalah putra Nicolae Ceausescu, diktator terkenal Rumania saat itu. Tak heran suaranya didengarkan oleh para pemain dan staf Steaua.
Baca Juga: Menakjubkan! Hampir Tidak Ada Kasus Perceraian di Desa Biertan Rumania, Ternyata Ini Alasannya
Di satu sisi, wasit yang merasa tak dihargai kemudian meniup peluit panjang dan menyatakan Dinamo sebagai pemenangnya dan menjadi juara Piala Rumania 1988.
Drama berlanjut. Pada keesokan harinya, pemerintah melalui diktator Nicolae Ceausescu melakukan intervensi. Mereka menyatakan gol Balint seharusnya sah.
Dengan keputusan pemerintah Rumania itu, Piala Rumania akhirnya diberikan kepada Steaua.
Baca Juga: Keren Sekaligus Inspirasi, Inilah Desa Biertan Rumania Yang Memiliki Tradisi Unik
Dua tahun setelah kejadian final itu, rezim diktator Ceausescu berakhir. Steaua yang merasa mereka juara dengan dibantu diktator merasa malu, kemudian berniat menyerahkan trofi dan gelar juara kepada Dinamo, sang rival.
Selesai? Tidak. Pihak Dinamo ternyata menolak “niat baik” Steaua. Mereka menolak gelar juara Piala Rumania 1988 itu.
Keterlibatan diktator itulah yang akhirnya memusingkan. Bahkan pemenang final Piala Rumania 1988 masih jadi tanda tanya sampai sekarang. Antara Steaua, Dinamo, atau tidak ada.