Network
JURNAL SOREANG – Pembahasan soal minuman ringan berkarbonasi Coca-Cola yang belakangan ini ramai diperbincangkan di media sosial menjadi tanda tanya tersendiri, sebenarnya apa yang mendasari perusahaan dapat menjadi salah satu sponsor ajang olahraga sekelas UEFA EURO 2020?
Ternyata bukan hanya perhelatan sepak bola Eropa saja, bahkan juga di ajang olahraga lainnya yang melibatkan banyak negara di dunia seperti halnya Olimpiade bahkan Piala Dunia.
Produk minuman bersoda telah menyusup ke dalam budaya yang kita nonton bareng pesta olah raga yang disiarkan di layar kaca bersama orang terdekat.
Baca Juga: Viral! Ronaldo Singkirkan Botol Coca-Cola, Saham Perusahaan Langsung Anjlok dan Rugi Rp57 Triliun
Lebih dari satu abad lamanya sejak Kemitraan Coca-Cola dengan Komite Olimpiade Internasional (International Olympic Committee/IOC) sudah dimulai pada Olimpiade Musim Panas 1928.
Kali ini IOC kembali memperpanjang kontrak sponsor bersama Coca-Cola yang dimulai pada 2021 hingga 2032.
"Perjanjian tersebut mencakup investasi yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam media tradisional dan digital untuk mempromosikan nilai-nilai Olimpiade secara global," kata IOC dalam sebuah pernyataan pers, seperti dikutip AP News pada 24 Juni 2019.
Lantas apa yang membuat banyak orang khawatir akan kandungan gula pada produk Coca-Cola? Berikut kandungannya: Dilansir dari situs resminya, Cocacola.co.id sebotol Coca-Cola diracik dengan berbagai bahan baku yang terdiri dari air, gula, kafein hingga pewarna makanan.
Sebanyak 90% dari jumlah total Coca-Cola adalah air berkarbonasi, sementara 10 persen sisanya terdiri dari campuran gula, pewarna makanan, asam fosfat dan kafein.
