Wiljan Pluim Keluar dari PSM Makassar, Diusir oleh Manajemen Tim?

12 Oktober 2023, 16:29 WIB
Wiljan Pluim, Wiljan Pluim Keluar dari PSM Makassar, Diusir oleh Manajemen Tim?/twitter/Indostransfer /

JURNAL SOREANG - Banyak dari fans PSM Makassar yang tidak menyangka jika kebersamaan Juku Eja dengan gelandang serang asal Belanda, Wiljan Pluim berakhir. Apalagi, Wiljan Pluim berpisah dengan PSM Makassar secara tidak baik mengingat kasus nunggak bayar gaji atau gaji tidak dibayar yang dilakukan oleh manajemen Juku Eja itu. 

Hal itu yang membuat fans geram dengan manajemen tim kesayangannya. Mengenai masalah Wiljan Pluim dengan PSM Makassar, seberapa bersalah gelandang serang berusia 34 tahun itu? Apakah manajemen PSM justru yang membuat kesalahan hingga performa tim menjadi bulan-bulanan tim ASEAN di ajang AFC Cup musim ini? 

Dikutip Jurnal Soreang dari channel YouTube GALZ yang diupload pada 11 Oktober 2023, awal kedatangan Wiljan Pluim terjadi pada pertengahan tahun 2016.

Baca Juga: Penyidikan Kasus Dugaan Pemerasan Eks Mentan SYL, Kapolrestabes Semarang Diperiksa di Polda Metro Jaya

Saat sepak bola Indonesia masih di masa suram, Wiljan Pluim datang dari Vietnam ke Makassar dengan harapan meraih kesuksesan selama berkarier di Indonesia. 

Dengan lamanya membela PSM Makassar, sejak Agustus 2016 hingga Oktober 2023, Wiljan Pluim dilenal sebagai salah satu pemain asing yang setia dengan satu tim. 

Sebelum ia ke PSM Makassar, tim sepak bola Vietnam yang ia bela, Becamex Binh Duong melakukan pemutusan kontrak secara sepihak pada 2016. 

Mereka melakukan itu dengan alasan tidak mau bertanggung jawab saat Pluim terserang infeksi pada ususnya. 

Setelah terombang-ambing berbulan-bulan, EuroSoccerAdvice, selaku agen dari Wiljan Pluim memberikan masukan untuk masa depan pemain yang pernah berkarier di Roda JC. Agen menyarankan agar Pluim berkarier di Indonesia. 

Baca Juga: Timnas Indonesia U17 akan Kedatangan Pemain Keturunan Lagi, Siapa Dia?

PSM Makassar adalah tim yang paling berminat dengan Wiljan Pluim. Akhirnya, per 1 Agustus 2016, Wiljan Pluim resmi menjadi bagian dari Juku Eja. 

Ia bergabung dengan PSM Makassar pada usianya 27 tahun dan kompetisi Indonesia Soccer Championship berjalan setengah musim. 

Pada awal kariernya, Wiljan Pluim sempat kesulitan dengan kultur sepak bola Indonesia. Berbeda dengan sepak bola di Eropa ynag mengandalkan taktik dan visi permainan, pemain lokal yang jago lari merupakan pemain hebat di Indonesia. 

Hal ini yang membuatnya sempat menjadi bahan olokan fans karena pergerakan yang lambat dan dianggap mereka sebagai pemain yang malas. 

Namun, pelatih Juku Eja kala itu, Robert Rene Alberts, membelanya dan tetap pada pendiriannya, mempertahankannya hingga bergulirnya Liga 1 musim 2017. 

Saking percaya kepada Pluim, hanya pemain asal Belanda ini yang bertahan di PSM dari semua pemain asing saat itu. 

Baca Juga: Polda Metro Bakal Telusuri Sosok Pimpinan KPK yang Peras Eks Mentan SYL

Setelah mengetahui kultur sepak bola Indonesia, Wiljan Pluim bisa memberikan performa terbaiknya yang tentunya sesuai dengan kultur sepak bola Indonesia. 

Kemampuan menggocek pemain lawan, visi bermain, serta kepemimpinan di lini tengah membuatnya dicintai oleh pecinta sepak bola Indonesia, terutama fans PSM Makassar. 

Meski pemain datang dan pergi silih berganti hingga tim yang dalam keadaan bobrok, Pluim tetap setia dengan tim sepak bola kebanggan Sulawesi Selatan itu. 

Baginya, PSM Makassar adalah tim yang mengembalikan performa dan penampilannya pasca pemutusan kontrak secara sepihak dari Becamex Binh Duong. 

Saking setianya Pluim dengan PSM Makassar, manajemen memberikan kontrak jangka panjang hingga 2024 yang nantinya ada opsi penambahan kontrak setahun. Setelah penandatanganan kontraknya, masalah di PSM Makassar mulai muncul. 

Permasalahan PSM diawali dengan rencana renovasi Stadion Mattoangin, markas dari PSM Makassar. 

Hingga kini, belum ada kejelasan perihal kelanjutan renovasi stadion tersebut. Padahal, stadion itu sudah dibongkar sebagian untuk renovasi. 

Baca Juga: Eden Hazard Pensiun Dini, Ini Pembelajaran Bagi Pesepakbola Profesional,Terutama di Indonesia

Salah satu penyebab mangkraknya stadion yang ada di kota Makassar itu adalah oknum yang melakukan korupsi dana renovasi Stadion Mattoangin. 

Alhasil, PSM Makassar menjadi tim musafir atau tim yang bermain di stadion yang bukan markas aslinya. Hal ini menyebabkan manajemen tim harus mengeluarkan uang untuk ongkos dan akomodasi bagi pemain dan staf.

Bertambahnya pengeluaran tim ini membuat krisis keuangan yang tak terhindarkan. Bahkan, Bernardo Tavares pun sampai menjual barang pribadinya, terutama penghargaan yang didapatkannya untuk membantu keuangan Juku Eja. Krisis keuangan ini menyebabkan Wiljan Pluim resmi berpisah dengan PSM Makassar. 

Terlepas dengan permasalahan korupsi dana renovasi staion itu, yang bikin kesal adalah cara manajemen PSM Makassar memperlakukan Wiljan Pluim. 

Salah satu yang menyebabkan Pluim diperlakukan demikian adalah founder dari Bosowa Group, Aksa Mahmud. 

Dalam keterangan di depan media, Aksa Mahmud memecat pemain asal Belanda itu dengan kata-kata yang merendahkan. 

"Saya orang yang itdak pernah mau tergantung sama satu orang. Pluim sudah tua, makanya saya suruh ganti. Di putaran kedua saya ganti dengan pemain yang lebih hebat, lebih muda, dan lincah. Saya suruh, di putaran kedua ini saya akan ganti dengan pemain yang lebih hebat daripada dia," katanya mengenai Wiljan Pluim dan penggantinya saat diwawancarai.

Baca Juga: Internal Tim Manchester United Terbelah Menjadi Dua Kubu Soal Onana, Begini Kata Kiper Legendanya

Di sisi lain, Bernardo Tavares yang merupakan pelatih kepala PSM Makassar dengan berani menyindir manajemen yang, terutama permasalahan tidak membayar gaji pemain dan dirinya. Itu dilakukan pasca dibantai oleh Saddil Ramadani bersama Sabah FC dengan skor 0:5.

"Kita lihat mungkin dua atau tiga pemain Sabah FC bisa membayar gaji seluruh pemain saya," ucapnya saat konferensi pers usai laga lawan Sabah FC di AFC Cup. 

Bagi kami sebagai pecinta sepak bola Indonesia, ini sangat wajar mengingat para pemain yang sudah memberikan yang terbaik namun dibayar dengan ucapan semangat atau terima kasih. 

Menurut GALZ, kasus yang menimpa Wiljan Pluim dengan manajemen adalah pelajaran bagi tim sepak bola profesional Indonesia agar tidak hanya pemain, staf, dan pelatih saja yang profesional, manajemen juga harus profesional.

Meski ini juga kesalahan oknum yang mencari keuntungan dari renovasi Stadion Mattoangin, pihak tim harus profesional dan bukan asal-asalan melepas pemain yang sudah menjadi kebanggaan fans PSM Makassar dengan cara merendahkannya.***

Editor: Yoga Mulyana

Sumber: YouTube

Tags

Terkini

Terpopuler