Terkenal Produktif, Ternyata Begini Sistem yang Diterapkan Akademi Ajax Amsterdam dalam Membina Pemain Muda

19 September 2022, 15:27 WIB
Christian Eriksen, Toby Alderweireld, dan Danny Blind, pemain-pemain binaan Ajax Amsterdam /twitter/@TheEuropeanLad/

JURNAL SOREANG - Ajax Amsterdam boleh disebut sebagai akademi sepakbola terbaik di dunia hingga saat ini yang produktif mencetak pemain terbaik.

Serombongan pemain berbakat setiap masa, mulai Johan Cruyff, Marco van Basten, Dennis Bergkamp, hingga Matthijs de Ligt adalah para remaja yang asalnya mengasah bakat di akademi Ajax Amsterdam.

Apa sebenarnya rahasia akademi Ajax Amsterdam hingga terus konsisten memproduksi bakat-bakat kelas dunia?

Baca Juga: Bikin Geleng Geleng Kepala! Inilah Rekor Dunia Berkaitan Dengan Seksual, Salah Satunya Miss V terbesar

Dilansir dari World Soccer Talk, sistem akademi Ajax tidak seperti yang lain, terutama mengingat ukuran negara.

Akademi muda terbaik Ajax disebut 'Die Toekomst' atau 'Masa Depan'. Didirikan pada tahun 1900, pelatih klub memainkan pendekatan 'Total Football' yang diciptakan oleh manajer hebat asal Belanda tempo dulu, Rinus Michels.

Ideologi inilah yang membuat akademi Ajax menonjol di seluruh Eropa; penerapan filosofi tunggal yang diajarkan sejak usia dini terbukti berhasil mengasilkan bibit-bibit berkualitas.

Baca Juga: 10 Akademi Sepak Bola Terbaik Penghasil Bakat-Bakat Hebat, di Antaranya Ajax Amsterdam dan La Masia Barcelona

Mereka membiarkan pesepakbola muda mengekspresikan diri mereka secara bebas di lapangan tanpa batasan apa pun.

Tujuan dasar klub adalah mereka membawa setidaknya tiga pemain ke tim utama setiap dua tahun, apa pun yang kurang dari ini dianggap sebagai kegagalan besar.

Proses ini dimulai tepat di bagian bawah piramida dengan perekrutan pemain.

Zona perekrutan yang mereka biasa lakukan adalah 50km di sekitar kota Amsterdam, tetapi mereka juga akan melakukan peregangan lebih jauh jika pemain berbakat yang dirasa cocok dengan gaya kepelatihan mereka.

Baca Juga: Bawa Timnas Indonesia U-20 Lolos ke Piala Asia 2023, Begini Perasaan Pemain Muda Persib Bandung Robi Darwis

Misalnya, jika pemain seperti Christian Eriksen datang, mereka tidak akan ragu untuk mengontraknya.

Tim akademi Ajax Amsterdam memiliki 50 scout yang tersebar di Belanda dan 5 scout lainnya di seluruh Eropa utuk mengendus bakat-bakat belia.

Anak-anak muda yang mereka temukan harus melalui tahap uji yang disebut 'talenta' di mana para pelatih mengetahui apakah mereka cukup baik untuk menandatangani kontrak.

Baca Juga: Hakcer Bjorka Jadi Terkenal Karena Bocorkan Data Pribadi Warga Indonesia, Foto Siapa yang Dipakai?

Keterampilan dasar yang diinginkan dari setiap pemain adalah kontrol bola, pemosisian, teknik, dan kecerdasan; ada penekanan di Ajax pada kemampuan teknis daripada kekuatan murni.

Tim yunior dilatih dengan cara yang sama seperti tim utama, sehingga pemain akan sudah terbiasa dengan gaya bermain, latihan, perilaku, dan aturan jika kemudian dipromosikan ke klub utama.

Mereka berusaha untuk memainkan sepakbola yang atraktif, berpikiran ofensif, kreatif, cepat dan adil yang diakui Ajax.

Baca Juga: 7 Pemain Asli Binaan Akademi Ajax Amsterdam yang Kini Jadi Pemain Top, No 1 Gelandang Senior Premier League

Ada sekitar 220 pemain muda di klub setiap saat dan di Eredivisie setidaknya 30% dari pemain telah dilatih di Ajax di beberapa titik dalam karir mereka, sebuah statistik yang luar biasa.

Klub memiliki semua kelompok umur, dari berusia 5 tahun hingga di bawah 19 tahun dan tim cadangan.

Sementara pelatih ideal di klub junior adalah mantan pemain yang memiliki pengalaman di level tertinggi permainan.

Baca Juga: Momen Perayaan Ulang Tahun Air Rumi, Irish Bella: Kamu Menghadirkan Warna yang Baru

Pelatih ini memiliki pengaruh besar pada pengembangan bakat dan dipercaya untuk menjaga filosofi Ajax setiap saat, satu-satunya formasi yang boleh diajarkan kepada para pemain adalah 4-3-3 seperti dalam tradisi klub.

Pemain paling berbakat semuanya dijamin tempat tim pertama pada usia 16 atau 17, yang sangat langka dalam permainan modern dan harus dikagumi.

Menariknya lagi, jika kelak sang pemain dijual dengan harga tinggi, semua biaya transfer yang diterima Ajax digunakan untuk meningkatkan fasilitas dan pelatihan pemuda mereka.

Baca Juga: Penelitian di Kanada : Orang yang Berwajah Lebar Lebih Tinggi Gairah Seksualnya daripada yang Berwajah Sempit

Dalam sejarahnya, Ajax pernah mengangkat Piala Eropa (sekarang Liga Champions) sebanyak tiga kali secara beruntun selama era Total Football yang mendefinisikan Belanda di awal 1970-an.

Restorasi kmudian terjadi lagi setelah mencapai ketinggian yang sama di bawah Louis van Gaal pada pertengahan 1990-an, ketika mereka memenangkan Liga Champions lagi pada 1995.

Namun sayang, dalam beberapa tahun terakhir mereka telah menjadi 'pabrik bakat' yang menghasilkan talenta muda hebat tetapi terpaksa menjualnya ke klub-klub top begitu pemain mencapai potensi mereka karena tekanan ekonomi dari sepakbola modern.

Baca Juga: Mr X Ditemukan Tewas Mengambang di Sungai Citarum Baleendah Bandung, Polisi Beberkan Ciri-Cirinya

Pendapatan televisi yang ditarik oleh Eredivisie dalam beberapa tahun terakhir membuat mereka dirugikan secara finansial di panggung Eropa.

Hal itu memaksa mereka untuk menjual sebagian besar bintang yang sedang naik daun segera setelah mereka mencapai nilai pasar tertentu.

Terlepas dari itu, sistem dan metode kepeatihan di tim muda Ajax seharusnya patutu ditiru banyak tim lainnya.

Baca Juga: Peringati 15 Tahun Debut, Gilrgroup Kpop Legendaris KARA Akan Rilis Album Baru!

Terlebih, pengembangan pemain muda adalah aspek penting yang juga bisa berimbas kepada Timnas di negara itu sendiri.

Penyataan terakhir di atas kurang lebih mungkin tepat ditujukan kepada PSSI untuk lebih mematenkan lagi penggemblengan pemain sejak usia dini.
***

Editor: Wildan Apriadi

Sumber: World Soccer Talk

Tags

Terkini

Terpopuler