Mengulas Sejarah dan Kualitas Ajang Piala Super Eropa, Laga Besar yang Sebenarnya 'Gak Super-Super Amat'

10 Agustus 2022, 17:49 WIB
Trofi Piala Super Eropa /Twitter/@TheSportsGram/

JURNAL SOREANG - European Super Cup atau Piala Super Eropa adalah ajang pertemuan dua klub juara kompetisi tertinggi UEFA yaitu Liga Champions dan Europa League.

Piala Super Eropa yang dulunya dinamai Piala Super UEFA ini mulai diselenggarakan pada 1972 dengan Ajax Amsterdam sebagai juara pertama di ajang ini.

Namun, sebelum musim 1999/2000, Piala Super Eropa sebenarnya mempertemukan antara juara Liga Champions dan juara Piala Winners.

Baca Juga: Hentikan Polemik! Sekjen Yunus Nusi: Kalau PSSI Keluar dari AFF, Publik Bakal Nonton Apa?

Bagi yang baru mendengar, Piala Winners adalah kompetisi klub-klub eropa yang setingkat dengan Piala UEFA (sekarang Europa League).

Seperti namanya, Piala Super Eropa bertujuan untuk menentukan juara terbaik di Eropa dengan memepertemukan pemenang antara juara Piala Champions Eropa dengan Piala Winners Eropa, ide turnamen ini adalah gagasan seorang wartawan Eropa bernama Anton Witkamp.

Sejak turnamen Piala Winners dihilangkan pada tahun 2000, Piala UEFA-lah yang naik pangkat dan juaranya berhak tampil di ajang Piala Super Eropa.

Baca Juga: Informasi Syarat Kerja TKI ke Korea Terbaru Tahun 2022 Lengkap

Satu yang menarik, ajang ini dulu punya ciri khas, yaitu selalu memainkan laganya di Stadion Louis II Monaco dari tahun 1998 hingga 2012.

Sebelumnya, laga Piala Super Eropa dimainkan 2 leg dengan masing-masing finalis bertindak sebagai tuan rumah secara bergantian, yang kemudian formatnya berubah menjadi satu leg saja sejak ajang tersebut diputuskan digelar di Monako.

Lalu, mulai pada 2013 ajang ini mengalami perubahan tempat berbeda-beda setiap tahun dengan alasan memperbarui suasana.

Baca Juga: Real Madrid Siap Tempur Buru Rekor Baru, Eintracht Frankfurt Compang Camping di Piala Super Eropa 2022

Sejak digelar pada 1972, sudah terdapat 24 klub yang pernah berhasil memenangkan trofi Piala Super Eropa. Barcelona dan AC Milan sementara ini menjadi pengoleksi terbanyak, sama-sama 5 kali.

Namun, meski ajang ini bertajuk Piala Super Eropa, sebenarnya laga ini tidak se-super itu dan cukup banyak yang sepakat bahwa jika tidak ada Piala Super Eropa pun tak jadi masalah, toh juara Liga Champions sudah cukup membuktikan bahwa merekalah klub yang terkuat di Eropa.

Setidaknya ada beberapa alasan mengapa kualitas Piala Super Eropa tidak semenakjubkan namanya:

Baca Juga: 13 Penyebab Nyeri Buang Air Kecil Usai Hubungan Intim, Segera Periksakan Jika Salah Satu Gejalanya Terasa

1. Perbedaan kualitas juara Liga Champions dan Juara Europa League

Jenjang prestise antara Liga Champions dan Europa League cukup jauh, bahkan sering kita dengar ada istilah kasta-kastaan di kedua turnamen ini.

Meski berstatus juara Europa League, tetapi biasanya mereka adalah tim-tim yang berada satu tingkat secara kualitas dari juara Liga Champions, atau bahkan juara Europa League adalah klub 'pecundang' yang tersingkir dari babak fase grup Liga Champions.

Salah satu pengamat sepakbola pernah menulis komentar yang sangat bisa dipahami mengenai Piala Super Eropa ini:

"Pertandingan dimainkan antara pemenang UCL dan pemenang Liga Europa, itu sama sekali tidak ada gunanya. Paling umum, kedua finalis di Liga Europa adalah tim yang tersingkir di babak penyisihan grup UCL.

Jadi mereka bahkan tidak cukup bagus untuk mencapai babak 16 besar UCL, dan mereka ditandingkan dengan sang juara? Secara harfiah tidak masuk akal. Mereka benar-benar harus pensiun dari Piala Super. Ini adalah permainan yang tidak berguna,"

Baca Juga: WOW! Begini Kondisi Rumah Mewah Milik TKI Malaysia, Dibangun dengan Budget Rp1,3 Miliar

2. Waktu pelaksanaan

Ajang Piala Super Eropa selalu dilaksanakan di musim panas atau pada fase di mana kompetisi-kompetisi Eropa baru dimulai (bahkan sebagian belum).

Dari hal ini saja sudah bisa diragukan karena pada fase awal-awal musim baru, klub-klub belum sepenuhnya mencapai bentuk terbaik mereka.

Bahkan yang lebih buruk, cukup banyak yang melihat pertandingan Piala Super Eropa nyaris tak ada bedanya dengan laga pramusim.

Baca Juga: Daftar 7 Kandidat Pelatih Persib di Liga 1 Setelah Robert Alberts Resmi Keluar, Nomor 6 Sosok Baru dari Brazil

Namun, hal itu juga masuk akal. Alih-alih melihat kedua klub menurunkan pemain-pemain terbaiknya, para pelatih justru tak jarang masih mencoba-coba skema baru dan menurunkan pemain-pemain muda, pemandangan yang memang sering kita lihat di laga-laga uji coba pramusim.

3. Kuantitas pertandingan

Bisa tampil di sebuah kompetisi bergengsi biasanya melibatkan babak kualifikasi atau pertandingan-pertandingan lain lebih dulu.

Misalnya, untuk lolos ke Liga Champions setiap klub harus berjuang sepanjang musim kompetisi dengan kuantitias pertandingan yang banyak untuk finis di zona teratas.

Baca Juga: Robert Alberts dan Persib Bandung Akhiri Kerjasama, Ternyata ini Alasannya

Sementara di Piala Super Eropa, hanya ada satu pertandingan dengan biasanya terjadi ketimpangan kualitas antar kedua finalis.

Berangkat dari hal itu banyak yang menyebut bahwa memenangkan Piala Super Eropa memang tidak berguna sama sekali karena seakan tak ada perjuangan dan gensi untuk mencapainya.
***

Editor: Wildan Apriadi

Sumber: Berbagai sumber

Tags

Terkini

Terpopuler