JURNAL SOREANG - FIFA Induk sepak bola dunia telah memunculkan wacana yang menggemparkan.
Pasalnya, FIFA menginginkan Piala Dunia digelar dua tahun sekali. Padahal sebelumnya, Piala Dunia adalah siklus empat tahunan.
Wacana Piala Dunia dua tahun bukan hanya buah bibir. Presiden FIFA, Gianni Infantino mengatakan kalau pihaknya menerima usulan tersebut melalui proposal diajukan oleh Arab Saudi.
Baca Juga: 3 Pemain yang Tampil 5 Kali di Piala Dunia, Salah Satunya Lionel Messi di Piala Dunia 2022 Qatar
Lantas, benarkah jika FIFA dirumorkan mengincar keuntungan berlimpah dengan mengubah siklus Piala Dunia menjadi dua tahunan?
Setiap empat tahun sekali, FIFA bisa mengantongi 4 miliar poundsterling atau Rp 77,7 triliun.
Sementara UEFA, dalam kurun waktu yang sama mampu meraup 11 miliar poundsterling atau setara Rp 213,9 triliun.
FIFA tentu merasa iri karena organisasi di bawah naungannya justru mengantongi pemasukan yang lebih banyak ketimbang FIFA itu sendiri.
Sejauh ini keuntungan FIFA tersebut hanya berasal dari penjualan tiket dan hak siar dan itu dalam empat tahun sekali.
Sementara tiga tahun lainnya, FIFA boleh dibilang sebatas mendapat uang receh, Itu berbeda dengan UEFA yang seolah memiliki kompetisi yang tak pernah libur.
Maka dari itu, bisa dilihat jika FIFA menginginkan keuntungan lebih banyak, dengan menggelar Piala Dunia dua tahun sekali.
Hal tersebut berarti FIFA tak perlu menunggu empat tahun untuk menghitung finansialnya sambil tersenyum.
Satu hal yang menarik bahwa hal ini dirumorkan ada campur tangan Arab Saudi.
Pasalnya, memang negara-negara Timur Tengah sedang berlomba-lomba menguasai sepak bola. Arab Saudi sendiri seolah tak mau kalah dari Qatar dan UEA.
Beberapa tahun belakangan, muncul gelagat kalau Arab Saudi adalah sekutu kental FIFA. Arab Saudi diduga telah berperan penting dalam menghidupi operasional FIFA.
Hal tersebut, mungkin saja diterimanya proposal dari Arab Saudi dengan enteng merupakan bentuk balas budi FIFA.
Meskipun Piala Dunia dua tahun sekali masih sebatas wacana, Arab Saudi telah bergerak cepat untuk mengajukan diri sebagai tuan rumah.
Jika usulan itu mendapat lampu hijau, Arab Saudi yang menggandeng Mesir akan menggelar Piala Dunia 2028 atau 2030.
Jika Piala Dunia digelar dua tahun sekali, UEFA bakal kesulitan mengatur jadwal pertandingan.
Bukan hanya pemain yang dirugikan, tapi klub, organisasi penyiaran, dan fans juga bakal sama-sama merugi.
Selebihnya, Piala Dunia dua tahun sekali hanya seperti usulan konyol. FIFA, bagaimanapun tak perlu membuat drama.***