JURNAL SOREANG – Eko Maung menilai penghadangan dan demo Bobotoh terhadap tim Persib Bandung, justru membuat pemain tampak tertekan.
Seperti yang telah diketahui Persib Bandung mengalami beberapakali penghadangan di jalan oleh oknum Bobotoh.
Setelah itu Persib Bandung juga mengalami penghadangan di area hotel oleh oknum Bobotoh yang videonya sempat viral.
Baca Juga: Bobotoh Persib Bandung, Ekomaung: Kini Menjadi Tekanan Hebat Bagi Klub Kebanggaan
Baru-baru ini Persib Bandung didemo oleh sekelompok Bobotoh di Graha Persib.
Bahkan Bobotoh membawa petisi yang berisi sejumlah tuntutan, dan meminta manajemen menandatanganinya.
Atas aksi tersebut, Konsultan Hukum sekaligus Bobotoh, Ekomaung menanggapi aksi Bobotoh tersebut.
“Energi besar suporter Persib berpotensi menjadi kontra produktif bagi tim yang mereka dukung,” ujar Ekomaung dikutip dari Instagram @ekomaung69.
Baca Juga: Mendapat Gangguan dari Jin? Bacakan dan Amalkan Doa Berikut Ini
“Terlihat jelas di video yang viral beberapa waktu lalu, ketika sekelompok bobotoh menghadang tim di area hotel,” ujar Ekomaung.
“Pemain tampak tertekan dan tidak berani menatap mata suporter mereka sendiri,” jelas Ekomaung.
Menurutnya energi Bobotoh yang sangat besar justru menjadi tekanan bagi tim kebanggaan, Persib Bandung.
“Miris...kini energi suporter Bandung yang begitu besar justru menjadi tekanan hebat bagi klub yang menjadi kebanggaan,” ujar Ekomaung.
Ekomaung menilai aksi Bobotoh tersebut sangat tidak terukur dan tidak prinsipil.
“Bagaimana bisa aksi besar beresiko abai prokes tapi isi petisi berisi hal2 tidak prinsipil seperti tuntutan mengubah tagar #menangbersama,” ujar Ekomaung.
Menurutnya hal aksi ini terjadi karena Bobotoh sudah tak memiliki kepemimpinan hebat seperti almarhum Ayi Beutik.
Bahkan menurutnya, saat ini Bobotoh sedang krisis kepemimpinan.
Baca Juga: Isi Petisi Bototoh Tak Prinsipil, Eko Maung: Bobotoh Krisis Kepemimpinan
“Artinya bobotoh tak memiliki figur pemimpin sekaligus pemikir, konseptor,” ujar Ekomaung.
Oleh sebab itu aksi Bobotoh menjadi tidak terukur dan hanya bertindak sporadis.
“Dan hanya bertindak sporadis yang tentu menjadi tidak terukur,” ujar Ekomaung.***