Sertifikasi haji ini juga merupakan model praktik dari moderasi beragama, karena yang menjadi peserta sertifikasi pembimbing haji dan umrah memiliki latar belakang organisasi kemasyarakatan yang beragam.
Dalam sertifikasi bisa menjadi media sharing ilmu, pengalaman di antara para peserta, “Jumlah peserta kali ini terbanyak, namun harga sertifikasi yang relatif bersaing,” ujar K.H. Nurul Badrutamam, Sekretaris LDPBNU.
Setiap penyelenggaraan sertifikasi haji selalu ada cerita dan pengalaman menarik, dan ada dampak positif dari setiap kegiatan sertifikasi kepada para jamaah haji dan umrah sebagai efek dari peningkatan kualitas pembimbing.
“Ada sesuatu yang berbeda dari setiap kegiatan sertifikasi, sehingga ketika pulang sertifikasi haji ada yang bisa disampaikan pada jemaah. Tidak hanya bekal fiqh haji, namun juga bekal meningkatkan kedisiplinan dalam menunaikan tugas sebagai pembimbing, dan lebih profesional,” ujar Prof. Dr. H. Enjang, M.Ag., M.Si, Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Petugas dan pembimbing haji tidak hanya memberikan pembekalan seputar ritual ibadah haji dan umrah, namun juga memberikan bekal-bekal teknik lainnya yang bermanfaat di tempat ibadah, baik di Mekkah maupun Madinah.
Karena karakteristik jemaah itu beragam, dan pemahaman atau pengalaman jemaah pun berbeda.
Baca Juga: Dana Setoran Haji yang Dikelola BPKH Capai Rp165 Triliun! Presiden: Jangan Seperti Jiwasraya
Sertifikasi haji ini jangan hanya memenuhi kewajiban karena nanti akan cape, namun karena kebutuhan maka akan ringan.