"Ketika ada awan yang cukup mengandung uap air untuk jatuh di daerah tertentu, teknologi modifikasi cuaca digunakan untuk mengatur supaya hujan dapat diarahkan," ungkap Menteri Siti Nurbaya.
Lebih lanjut, Menteri Siti Nurbaya menjelaskan bahwa jika awan hujan tidak muncul di langit Jakarta, pemerintah mengambil langkah-langkah modifikasi cuaca skala mikro dengan melakukan penyemprotan air dari gedung-gedung tinggi.
Langkah ini bertujuan untuk mempengaruhi komposisi udara di area tersebut sehingga akhirnya diharapkan akan turun hujan nantinya.
Selain itu tindakan penyemprotan air dari gedung-gedung tinggi bukan hanya untuk mengatasi kekurangan hujan, tetapi juga untuk mengurangi tingkat polusi udara yang menghiasi langit ibu kota.
Baca Juga: Harta Kekayaan Sandiaga Uno Capai Rp10,9T! Ini Daftar Keran Cuan Bakal Cawapres 2024
Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan bahwa sumber pencemaran udara di wilayah Jabodetabek didominasi oleh kendaraan bermotor (44 persen), pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) (34 persen), dan sumber lainnya seperti rumah tangga dan pembakaran.
Pemerintah pun telah mengambil langkah-langkah khusus untuk mengatasi kondisi ini. Pada 2-4 September 2023, pemerintah berencana untuk meluncurkan operasi modifikasi cuaca guna menurunkan hujan di Jakarta.
Upaya ini diambil terutama menjelang perhelatan KTT ASEAN 2023 yang akan berlangsung di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta Pusat, pada 5-7 September 2023.
Dengan kombinasi upaya modifikasi cuaca dan langkah-langkah pengendalian polusi, pemerintah berharap dapat menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi warga Jakarta dan memastikan bahwa peristiwa penting seperti KTT ASEAN dapat berlangsung dengan lancar dan aman. ***