2. Kebijakan Pemprov DKI agak melenceng
Juru Kampanye dan Energi Greenpeace Indonesia Bondan Andriyanu mengatakan bahwa selama musim kemarau panjang, polusi udara Jakarta meningkat kembali.
Dia membandingkan dengan kondisi pada 2020, 2021 dan 2022. Selama tiga tahun berturut-turut, angka tidak sehat mengalami penurunan.
Menurut Bondan, penurunan polusi udara itu akibat curah hujan tinggi, bukan keberhasilan pemerintah. Ia menilai, justru kebijakan Pemprov DKI banyak yang agak melenceng, misalnya meningkatkan instalasi atap panel surya, tetapi belum terlihat hingga kini.
Namun, mereka memilih mengganti 186 kendaraan Dinas Perhubungan (Dishub) dengan kendaraan listrik (electric vehicle) senilai Rp7 miliar. “Negara, pemerintah baru bergerak ketika ada sentilan dari warga. Jika tidak ada gugatan, tidak bergerak,” kata Bondan.
3. Musim Kemarau
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta Asep Kuswanto memaparkan, kualitas udara Jakarta menurun dalam beberapa bulan terakhir lantaran musim kemarau. Ia menjelaskan bahwa pada Juli sampai September mendatang, musim kemarau sedang tinggi-tingginya.