JURNAL SOREANG-Di Kabupaten Cianjur Jawa Barat, mereka yang tinggal di garis patahan yang terkena gempa , menyebabkan banyak korban jiwa.
Berdiri di atas lereng curam yang menghadap ke sungai yang mengamuk, Nanang Sukmana menatap sisa-sisa desanya yang dilanda gempa. Pemandangan itu membuat guru sekolah berusia 52 tahun merasa kaget dan tidak percaya.
Lebih dari 100 keluarga dulu tinggal di Desa Cijedil, tetapi itu berubah pada 21 November tahun lalu ketika gempa berkekuatan 5,6 melanda Kabupaten Cianjur.
Getaran mengguncang tanah begitu keras hingga memicu tanah longsor besar-besaran, mengubur tempat yang Sukmana kenal seumur hidupnya di bawah berton-ton tanah dan puing-puing.
“Di sinilah rumah saya dulu. Sekarang, tidak ada yang tersisa, ”katanya kepada awak medi, menunjuk ke sebidang tanah kosong dengan hampir tidak ada jejak rumah dua lantainya.
Apa yang tersisa dari rumahnya adalah bagian dari dinding luar yang menjorok keluar dari tanah. Cat biru neonnya memudar dan dilumuri lumpur, tapi itu cukup untuk meyakinkan Sukmana bahwa rumahnya pernah berdiri di sana.
Bangunan lainnya, bersama dengan hampir semua harta miliknya, terkubur di bawah tanah seperti puluhan rumah lainnya di Cijedil.
“Alhamdulillah semua orang di rumah saya bisa keluar tepat waktu,” kata Sukmana sambil melirik jurang di bawah tempat longsor berhenti. Yang lain tidak seberuntung itu, katanya. Empat puluh lima orang tewas di desanya saja, termasuk lima orang yang jenazahnya tidak pernah ditemukan.