JURNAL SOREANG- Hari pangan sedunia yang jatuh setiap tanggal 16 Oktober merupakan momentum tepat untuk mengevaluasi sejauh mana capaian pengelolaan pangan di Indonesia.
"Persoalan pangan memang merupakan hidup dan mati suatu bangsa namun kedaulatan pangan adalah harga diri suatu bangsa, terlebih lagi di negeri agraris seperti indonesia," kata Ketua Pergi Petani dan Nelayan Seluruh Indonesia (PPNSI), drh. Slamet, Rabu 20 Oktober 2021.
Ia melanjutkan persoalan pangan tidak boleh dianggap sebagai sesuatu yang sederhana sebab pangan juga dapat dijadikan sebagai senjata untuk melakukan penjajahan terhadap suatu bangsa.
Baca Juga: Masyarakat Desak agar Badan Pangan Nasional Dapat Segera Menata Diri dan Bekerja
"Jika suatu negara ketersediaan pangannya sangat tergantung oleh pasokan dari negara lain maka sesungguhnya negara tersebut telah terjajah secara tidak langsung," kata wakil rakyat asal Kota dan Kabupaten Sukabumi.
Dia mengungkapkan dari hasil evaluasi beberapa tahun terakhir kinerja sektor pangan justru banyak dipertanyakan sebab di tengah klaim Kementerian Pertanian neraca perdagangan sektor pertanian tiap tahun mengalami perbaikan namun untuk beberapa indikator global kondisi Indonesia justru memprihatinkan.
"Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa indeks keberlanjutan pangan menunjukkan Indonesia masih menempati ranking ke 60 dari 67 negara yang diukur," kata Slamet.
"Dengan nilai seperti itu menunjukkan bahwa kondisi indonesia jauh lebih buruk dari negera-negara Afrika seperti Ethopia (Rank 27), Zimbabwe (31), Zambia (32).