"Belum lagi Imam Bonjol. Bayangkan sampai zaman bapak saya itu saya ingat, itu banyak lho," ungkapnya.
Mega juga mengenang ketika berkunjung ke Bukittinggi. Di sana ia melihat dan merasakan suasana gotong royong masyarakat dan nuansa tradisi keislaman yang sangat kental.
Masyarakat Sumbar, kata Mega, sangat menghargai tokoh adat ninik mamak, alim ulama, dan cadiak pandai (cerdik cendekia) sebagai unsur kepemimpinan di Minangkabau. Tiga unsur ini disebut Tungku Tigo Sajarangan.
"Jadi ke mana para cendekiawan yang dibilang cadiak pandai? Ini benar kan dulu setingkat loh, mungkin yang istilahnya Tungku Tigo Sajarangan alim ulama, cerdik pandai, yang satu lagi penghulu apa, ya? Kan, mendapatkan tempat yang sama di rumah gadang itu," ujar Mega.***