Menduga KRI Nanggala Kelebihan Muatan, Mardigu Wowiek: Laut Utara Bali bukan Tempat Latihan Kapal Selam

- 30 April 2021, 01:56 WIB
Tangkapan layar dari video di YouTube milik Mardigu Wowiek.
Tangkapan layar dari video di YouTube milik Mardigu Wowiek. /YouTube/

JURNAL SOREANG – Salah satu pengusaha sekaligus Youtuber Indonesia, Mardigu Wowiek ikut bersuara terkait tenggelamnya KRI Nanggala 402.

Menurut Mardigu Wowiek, Panglima TNI dan KSAL mesti mengklarifikasi dua hal, yakni kelebihan muatan dan lokasi latihan. Biasanya, hanya ada 34 personel yang ada dalam kapal selam KRI Nanggala 402.

Hal kedua, kata Mardigu yaitu mengenai tempat latihan di laut utara Bali. Laut utara Bali seharusnya tidak digunakan sebagai tempat latihan, karena berkategori palung laut dengan kedalaman 700-1300 meter.

Baca Juga: Terjerat Kasus Dugaan Penggelapan Pajak dan Penipuan Kontrak, Aktris China Zheng Shuang Diproses Hukum

Selain itu, laut utara Bali juga memiliki arus bahwa laut yang deras dan kuat. Kata Mardigu, tempat latihan TNI AL bukan di situ, tapi di perairan Situbondo, Banyuwangi hingga bagian utara Singaraja.

“Kok bisa-bisanya KRI Nanggala 402 angkut 53 orang dan latihan di zona berbahaya? Wahai Panglima dan KSAL mohon dijawab ya,” kata Mardigu Wowiek, dikutip Jurnal Soreang dari kanal Youtube Bossman Mardigu.

Mardigu mengungkapkan, kapal selam Rusia terbaru dengan tenaga nuklir Yasen Class saja tidak berani untuk menyelam lebih dalam dari 450 meter.

Artinya, sekelas kapal selam dengan teknologi canggih pun tidak akan berani untuk pergi latihan di laut utara Bali, yang memiliki kedalaman 700-1300 meter.

Baca Juga: Anggota DPR: Kenaikan Harga Pangan di Ramadhan Mesti Dirasakan Petani, Jangan Hanya Dinikmati Tengkulak

Mardigu lalu menyinggung Menteri Pertahanan Indonesia saat ini, Prabowo Subianto.

Insiden KRI Nanggala ini menurut Mardigu, mengesankan bahwa sistem pertahanan Indonesia terlemah di Asia Tenggara. “Bahkan menteri pertahanan dan kemampuan Panglima TNI dipertanyakan,” ucapnya.

Mardigu melanjutkan, sangat banyak dugaan korupsi yang terjadi dalam urusan alat utama, khususnya sistem pertahanan alutsista.

“Akibatnya Nanggala blackout, tak bisa baca arah. Kalau diringkas menjadi dugaan kedua, lemahnya pertahanan Indonesia disebabkan unsur korupsi di departemen dan lembaga terkait. Jadi semua ini harus dibongkar,” ujar Mardigu. 

Baca Juga: Tembang Jawa Diminati Warga Eropa, KBRI Berlin Selenggarakan Workshop Nyanyi Tembang Jawa

“Bayangkan, alat-alatnya tua semua, sisa-sisa orde baru pun masih ada. Maintenance perawatannya hanya gonta-ganti spare part yang selalu terlambat,” lanjut Mardigu lagi.

Mardigu menilai, Indonesia ini adalah negara maritim. Dengan status negara maritim tersebut, menurut Mardigu angkatan laut Indonesia harusnya menjadi yang terkuat di dunia.

“Miris sekali liatnya, apalagi pencurian hasil laut oleh negara lain masih terjadi di banyak laut di Indonesia. Puncaknya, kapal selam KRI Nanggala 402 beserta ksatria lautnya gugur,” kata Mardigu.

Mardigu menyarankan, Indonesia sudah seharusnya menambah kekuatan perang dan pertahanan, maupun bentuk perang non-militer. “Harus dikuatkan 10 kali lipat dari saat ini. Seperti informasional warfare, trade warfare, biological warfare, digital IT warfare dan banyak lagi,” tutupnya.***

Editor: Sam

Sumber: YouTube


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah