JURNAL SOREANG- Anggota DPR RI asal Sukabumi, drh. Slamet, turut berduka cita atas musibah banjir di berbagai daerah termasuk di Kalimantan.
Namun ia sangat menyayangkan pernyataan pemerintah bahwa banjir yang melanda di Kalimantan Selatan disebabkan murni akibat faktor alam yakni curah hujan yang sangat tinggi dan gelombang laut yang tinggi mencapai 2,5 meter.
"Bencana yang ada ini seharusnya tidak dapat kita nyatakan karena faktor alam semata. Namun ada hal besar yang membuat bencana ini semakin hebat dikarenakan faktor lingkungan yang semakin berubah," kaya Slamet kepada awak media, Selasa, 26 Januari 2021.
Dia menilai, banjir besar akibat pola pembangunan yang tidak ramah lingkungan. Kerusakan hutan banyak terjadi sehingga kemampuan lahan menahan dan menyerap air sangat rendah.
"Kami mencatat tidak kurang dari 23 juta hektar hutan Indonesia mengalami kerusakan dan beralih fungsi selama periode tahun 2000 hingga 2017," kata anggota FPKS ini.
Hutan di Kalimantan berkurang lebih dari 8 juta hektare, hutan di Sumatera 6 juta hektare, dan pulau jawa tersisa 1 juta hektare.
Baca Juga: 1.385 Sekolah Rusak Akibat Banjir, Kemendikbud Salurkan Bantuan ke Kalimantan Selatan
"Keadaan lingkungan yang berubah secara simultan dari tahun ke tahun ini akan menjadi bom waktu bencana alam. Banjir yang terjadi saat ini adalah awal mula peringatan bagi negara ini," ujarnya.
Karena bencana lebih besar seperti perubahan Iklim yang diikuti bencana-bencana lain akan menanti di masa yang akan datang.