Soepeno, Menteri Termuda Indonesia yang Bergerilya Saat Agresi Militer Belanda, Nasibnya di Moncong Senapan

17 Desember 2021, 22:50 WIB
Soepeno, Menteri Termuda Indonesia yang Bergerilya Saat Agresi Militer Belanda, Nasibnya Berakhir Tragis /

JURNAL SOREANG - Soepeno merupakan toko mergerakan yang menjadi orang termuda yang menduduki kursi Menteri di Indonesia pada usianya yang baru 31 tahun.

Soepeno lahir di ‘Kota Batik’ Pekalongan pada 12 Juni 1916, yang ayahnya adalah seorang pekerja Perusahaan Kereta Api Belanda.

Setelah menamatkan SMA di Semarang, Soepeno kemudian meneruskan kuliahnya di Technise Hogeschool (Sekolah Teknik yang kini menjadi bagian dari ITB), Bandung.

Namun, baru dua tahun kuliah di sana, ia kemudian pindah ke Batavia untuk kuliah hukum.

Baca Juga: Fakta Unik, Orang Terkaya di Dunia dengan Usia Termuda, Bukan Pangeran Arab atau Brunei Darussalam

Ia aktif sebagai aktivis pelajar ketika dirinya diangkat sebagai ketua Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) dan anggota Indonesia Moeda.

Yang merupakan gabungan Jong Java, Pemoeda Indonesia, dan kerap bersitegang dengan para pelajar Belanda.

Tak banyak yang diketahui mengenai perjuangannya di Masa Pendudukan Jepang.

Namun setelah Proklamasi Kemerdekaan dibacakan, Soepeno menjadi salah satu inisiator Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).

Baca Juga: Tak Banyak yang Tahu, Berikut 5 Negara Termuda di Dunia, Salah Satunya Ternyata Tetangga Indonesia

Yang merupakan pendahulu lembaga DPR dan pengurus di biro pemuda KNIP.

Ia kemudian menjadi anggota Partai Sosialis dan mendukung pemerintahan Amir Sjarifuddin yang beraliran kiri ketika ia menjadi Perdana Menteri pada tahun 1947.

Namun, akibat Perjanjian Linggarjati dan Renville yang amat merugikan Indonesia, Seopeno berbalik menentang Amir bersama golongan kanan lainnya.

Perseteruan dan kekecewaannya dengan Amir kemudian membuatnya memberikan dukungan kepada Mohammad Hatta.

Baca Juga: Perlu Diwaspadai! Beberapa Negara Ini Akan Terancam Jika Indonesia Maju

Atas hal itu, Sopeno menjadi satu-satunya orang kiri yang masuk dalam Kabinet Hatta I sebagai Menteri Pemuda dan Pembangunan (saat ini Menpora).

Golongan Kiri menudingnya sebagai pengkhianat dan oprtunis, namun ia berujar bahwa keinginannya tidak mewakili golongan manapun, termasuk Golongan Kiri.

Namun hal itu dilakukan atas kesadaran politik sendiri dan demi mempertahankan kedaulatan Indonesia.

Pada 19 Desember 1948, Belanda melancarkan Agresi Militer II dan berhasil menduduki Yogyakarta.

Baca Juga: Kok Bisa? Hanya di Jepang Kamu Bisa Kaya Raya Tanpa Bekerja, Tak Dapat Dilakukan di Indonesia, Begini Faktanya

Soekarno, Hatta, Syahrir, dan beberapa anggota kabinet berhasil ditahan pada saat itu.

Namun, Sopeno berhasil meloloskan diri dan kemudian berkumpul bersama menteri lain di Tawangmangu.

Para menteri kemudian memutuskan untuk berpencar dan bergerilya.

Sopeno bersama Menteri Kehakiman, Susanto Tirtoprajo beserta beberapa orang pengawal lari ke arah timur.

Baca Juga: Tak Hanya Sang Ratu Ternyata Raja Jigme Keshar pun Dinobatkan Sebagai Raja Tertampan dan Termuda di Dunia

Mereka mencoba bergabung dengan pasukan Jenderal Sudirman yang juga tengah bergerilya di hutan kaki Gunung Wilis.

Pelarian Sopeno beserta rombongannya akhirnya mengantar mereka ke Dusun Ganter di Nganjuk, dimana mereka berencana tingal selama tiga hari sebelum kembali meneruskan perjalanan.

Pada Februari 1949, Soepeno bersama beberapa pengawal yang masih di Dusun Ganter sedang mandi pancuran ketika beberapa tentara Belanda menyergap mereka.

Tentara Belanda kerap menginterogasi Seopeno, dan bertanya apakah dia seorang menteri yang sedang menjadi buronan.

Namun ia menolak menjawab yang berujung pada eksekusi dirinya dan empat pengawalnya.

Baca Juga: Raja Unik, Raja Bokhara Tolak Ajakan Perdana Menteri untuk Kembali ke Istana, Ini Penyebabnya

Nyawa Soepeno dan empat pengawalnya berakhir diujung tembakan bedil Belanda.

Eksekusi itu menyisakan Menteri Susanto yang memilih tinggal di rumah kepala desa sebagai satu-satunya yang selamat.

Soepeno dimakamkan di Dusun Ganter, sebelum jenazahnya di pindahkan ke TMP Semaki, Yogyakarta, setahun kemudian.

Dirinya dianugerahi gelar Pahlawan Nasional Indonesia pada tahun 1970, dan menjadi seorang menteri termuda sepanjang sejarah Indonesia hingga saat ini.***

Editor: Sarnapi

Sumber: Instagram @inspecthistory

Tags

Terkini

Terpopuler