“Dan karya-karya yang ada di sini mencerminkan apa yang menjadi hobi Pa Wawan, misalnya ada pingpong, buku, kertas, Intalasi. Jadi itu adalah tema-tema yang terus menerus menjadi cara Pa Wawan berkreasi, jadi ini sudah mencerminkan apa yang menjadi konsennya, “ terangnya.
Karyanya itu sendiri, kata alumni FSRD ITB angkatan 81 ini ada yang dari kertas, karton disambung seperti kolase, patung berbahan variasi, ada bat ping pong yang berumur 50 tahun, “Itu menurut saya jadi sesuatu yang unik dan lebih bersifat apresiasi kepada Pa Wawan sendiri”, katanya mengapresiasi.
Sementara Syakieb yang juga salah seorang pendiri GITA (Gerakan Indonesia Kita, organisasi sosial yang berperan membantu melestarikan budaya tradisi Indonesia) bersama Goenawan Muhammad (GM-Tempo) mengaku mengkoleksi salahsatu karya grafis Pa Wawan.
Dia juga pengagum karya Istrinya, Ana Sungkar yang dalam pameran tersebut menampilkan lukisannya seorang ibu tua dan gerobak sampahnya juga potret diri kang Wawan yang terbuat dari bubuk kopi. Lukisannya memang terlihat Realis detail sekali.
Kang Wawan sendiri mengatakan kepada wartawan, Pingpong atau Tenis Meja yang ia gemari sejak di SD memang sudah banyak mewarnai hidupnya. Pingpong itu telah membawa dirinya jadi sehat, jadi atlit, banyak mengenal/silaturahim dengan banyak teman dan orang-orang istimewa.
Di ITB pun ia mendirikan perkumpulan pingpong bahkan pernah dua kali mengikuti turnamen tenis meja di Amerika Serikat (Chicago Open & US Open). Itulah, Pingpong dan Kemanusiaan!***
Ikuti terus dan share informasi Anda di media sosial Google News Jurnal Soreang , FB Page Jurnal Soreang, YouTube Jurnal Soreang , Instagram @jurnal.soreang dan TikTok @jurnalsoreang