Shalawat tersebut berharap kesehatan jasmani dan rohani, menjadi penawar bagi tubuh, menjadi cahaya bagi penglihatan, dan menjadi santapan rohani bagi jiwa.
Shalawat ini jika ditelisik ternyata merujuk kepada Shalawat yang diriwayatkan dari Rasulullah SAW sebagaimana dalam kitab Mafatih as-Saadah fi Shalawat (Pintu-pintu pembuka kebahagiaan dalam Shalawat).
Dikutip dari laman peci hitam.org, pengarang kitab ini adalah Habib Abu Bakar bin Abdullah bin Alwi bin Abdulloh bin Tholib Al-Athos.
Akan tetapi dalam riwayat lain disebutkan bahwa shalawat Tibbil Qulub merupakan shalawat gubahan dari seorang ulama Mesir yakni Syaikh Ahmad ibn Ahmad Ibn Ahmad Al-Adawi Al-Maliki Al-Khalawati Al-Dardir.
Penggubah shalawat ini bergelar al-Maliki yang merujuk kepada Madzhab Maliki yang dijadikan tempat hukum Syaikh Ahmad bin Ahmad.
Ini lah redaksi shalawat Tibbil Qulub yang dianjurkan dibaca segiap saat apalagi saat wabah sekarang.
“Allahuma shalli ‘alaa sayyidinaa Muhammadin thibbil quluubi wadawaa-iha, wa‘aafiyatil abdaani wasyifaa-ihaa, wanuuril ab-shaari wadhiyaa-ihaa, wa’alaa aalihii washohbihii wasalliim”
Artinya: “Ya Allah, curahkanlah rahmat kepada baginda kami, junjungan Nabi Muhammad SAW sebagai penyembuh hati sekaligus obatnya, penyehat badan dan kesembuhannya dan sebagai penyinar penglihatan mata beserta cahayanya dan merupakan makanan pokok jasmani maupun rohani, Semoga shalawat dan salam tercurahkan pula kepada keluarga serta para sahabat-sahabatnya.”***