Komda KIPI Jabar Bantah Dugaan Guru Sukabumi Buta dan Lumpuh karena Vaksin Covid-19

- 5 Mei 2021, 15:47 WIB
Lumpuh usai vaksinasi Covid-19, Guru Honorer Kabupaten Sukabumi dapat bantuan dari Presiden Jokowi. Namun Komda KIPI membantah guru itu lumpuh akibat vaksinasi.
Lumpuh usai vaksinasi Covid-19, Guru Honorer Kabupaten Sukabumi dapat bantuan dari Presiden Jokowi. Namun Komda KIPI membantah guru itu lumpuh akibat vaksinasi. /Indira Murti/mantrasukabumi.com

JURNAL SOREANG-Masyarakat Jawa Barat sempat digegerkan dengan peristiwa yang menimpa seorang guru berinisial SA (31) di Kabupaten Sukabumi usai dirinya menerima vaksinasi Covid-19 beberapa waktu lalu.

Diketahui, SA mengalami penglihatan yang buram usai 12 jam mendapatkan vaksinasi Covid-19 pada awal April lalu, kemudian anggota geraknya pun melemah sehingga dilarikan ke Rumah Sakit di Kabupaten Sukabumi dan mendapatkan perawatan selama 23 hari.

Komite Daerah (Komda) Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Jawa Barat memastikan dugaan KIPI berat usai menerima vaksinasi Covid-19 terhadap SA tidak terbukti berhubungan dengan vaksin.

Ketua Komda KIPI Jabar Dr. Prof. Kusnandi Rusmil mengatakan, berdasarkan hasil audit Komnas KIPI 30 April 2021, setelah menjalani perawatan dan rangkaian pemeriksaaan, SA didiagnosa menderita GDS.

Baca Juga: Guru Honorer di Sukabumi Lumpuh dan Hampir Buta Usai Divaksin Covid-19

"Hasil audit Komnas KIPI, SA 31 tahun wanita mengalami keluhan mata buram dan kelemahan anggota gerak. Mata buram perlahan 12 jam pasca imunisasi, dilakukan rujukan ke RS selama 23 hari dari 1 April 23 April. SA sudah menjalani CT scan torax, darah, dan fungsi sarafnya dan didiagnosa GBS," terang Kusnandi, dikutip dari laman humas.jabarprov.go.id,  Selasa, 4 Mei 2021.

GBS adalah singkatan dari Guillain-Barre Syndrome yang merupakan penyakit saraf yang jarang ditemukan.Kusnandi mengatakan, SA sudah terinfeksi virus penyebab GBS dua minggu sebelum vaksin tanpa gejala apa pun sehingga tidak terdeteksi saat skrining sebelum pemaksinan."Buramnya penglihatan dan juga lemahnya anggota gerak secara kebetulan terjadi usai SA mendapatkan vaksin," sambungnya.

Mendapatkan vaksinasi atau pun tidak, Kusnandi menilai dampak infeksi virus penyebab GBS akan terjadi pada SA seperti yang dialaminya sekarang, yaitu buramnya penglihatan dan lemahnya anggota gerak.

Baca Juga: Target 1 Juta Orang per Hari, Jusuf Kalla Ajukan Masjid Jadi Sentra Vaksinasi Lansia

Ia menambahkan, saat ini kondisi penglihatan SA sudah berangsur membaik dan pekan depan akan kembali kontrol. Saat ini belum ditemukan bukti yang kuat mengenai keluhan gejala klinis SA terkait vaksin berdasarkan dari hasil surveilen KIPI dan Kejadian Ikutan dengan Perhatian Khusus (KIPK).

Sampai 21 April 2021, sudah 20 juta dosis vaksin diberikan pada warga Indonesia dan tidak ditemukan keluhan gejala klinis serupa yang dilaporkan, termasuk dari uji klinis vaksin Covid-19 tahap 1-3.

"Kesimpulannya, belum cukup bukti untuk menyatakan antara hubungan mata buram dan kelemahan anggota gerak dengan vaksinasi Covid-19," tegasnya.

Kalaupun terjadi reaksi vaksin yang berat, lanjut Kusnandi, dari 1 juta orang yang divaksinasi, hanya satu orang yang mengalami, namun efek samping tersebut sangat kecil dibanding dengan manfaat yang akan dirasakan dengan vaksinasi.

Baca Juga: Ingin Tahu Kadar Antibodi Pasca Vaksinasi? BPPT Ciptakan Alatnya

Sementara itu, dr. Dewi Hawani, seorang spesialisasi syaraf mengatakan, GBS disebabkan oleh virus atau bakteri pada proses imunologis yang terjadi 2-4 minggu sebelum terjadinya gejala.GBS merupakan penyakit autoimun, diawali oleh serangan infeksi virus atau bakteri yang tidak langsung merusak syaraf.

"Sel saraf motorik dan mata pada pasien selnya itu berubah jadi sel bakteri sehingga dikenali oleh sistem imun kita sebagai zat yang harus dimusnahkan. Maka gejala sistem imun sendiri yang menyerang sel syaraf akibat terinfeksi oleh virus atau bakteri, sehingga bukan infeksi langsung tapi akibat proses imunologi yang salah. Memang yang paling sering kelumpuhan tungkai tangan dan yang berat itu kalau ke otot pernafasan," jelasnya panjang lebar.

Ketua Divisi Penanganan Kesehatan Satgas Penanganan COVID-19 Jawa Barat Marion Siagian juga turut memberikan bantahannya terkait peristiwa ini.

Baca Juga: Pejabat Pemkot Cimahi, termasuk Sekdanya Dipanggil KPK Untuk Keperluan Ini

Ia mengutarakan, sejak vaksinasi digelar, terdapat 107 KIPI ringan dan 36 KIPI serius. KIPI ringan mayoritasnya ngantuk, merah di tempat penyuntikan, dan juga lapar."Ke 36 KIPI serius itu sudah diaudit dan tidak ada yang hubungan langsung akibat vaksin Covid ini," tambah Marion.***

Editor: Sarnapi

Sumber: Pemprov Jabar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah