Baca Juga: 10 Kota Paling Toleran di Indonesia, Apakah Kota Anda Termasuk?
"Awal bikin ini dari dorongan anak-anak. Karena sejak kecil juga paling hobi seni, seperti gambar, lukis, bikin kerajinan," tutur Ade.
Ade bercerita, saat lulus Sekolah Dasar, bakat seninya sempat terpendam karena harus mengikuti kakaknya bekerja di pasar sebagai penjual daging selama hampir 50 tahun.
Sekitar tahun 2000-an, ketika usaha kakaknya bangkrut, Ade harus memutar otak untuk mencari pemasukan.
Mengikuti saran dari anaknya, Ade pun berkreasi membuat anyaman dari sampah plastik bekas bungkus makanan dan minuman. Dari limbah tersebut, ia membuat tas dan alas duduk yang bisa dijual.
"Kata anak waktu itu, daripada hulang-huleng melamun, mending bikin tas dari plastik bekas kopi. Karena katanya saya bisa bikin apapun dari plastik, seperti kerajinan yang dijual seharga Rp10 ribu sampai Rp15 ribu," ungkap Ade.
Tidak berhenti di limbah plastik, Ade pun berkreasi dengan bahan lain, yaitu kaleng bekas minuman. Di tangannya, bahan tersebut disulapnya menjadi miniatur motor gede.
Baca Juga: Percepatan Penanganan Covid-19, Gugus Tugas Sumedang Gelar Rapat Evaluasi PPKM
Menggunakan alat-alat sederhana, seperti gunting, tang, penggaris, obeng, gergaji, dan lem besi, Ade merangkai satu per satu bahan yang berhasil dikumpulkan.