Kawasan Bandung Utara Alami Krisis Lingkungan Parah, Begini Solusi Ampuh untuk Mengatasinya

20 Januari 2024, 13:20 WIB
Bukit Gundul di Kawasan Bandung Utara. Kawasan Bandung Utara (KBU) dikenal sebagai lahan kritis yang dibiarkan oleh pemerintah selama puluhan tahun. Kritisnya lahan tersebut telah lama menjadi malapetaka bagi kota Bandung karena dari perbukitan tersebut setiap musim hujan rutin memasok lumpur. /Dok Yayasan Odesa Indonesia

JURNAL SOREANG - Kawasan Bandung Utara (KBU) dikenal sebagai lahan kritis yang dibiarkan oleh pemerintah selama puluhan tahun.

Kritisnya lahan tersebut telah lama menjadi malapetaka bagi kota Bandung karena dari perbukitan tersebut setiap musim hujan rutin memasok lumpur.

Kebijakan pemerintah selama ini normatif dengan hanya bicara regulasi yang tidak disertai aksi. Banyak orang dari luar daerah membangun villa, hotel dan kafe tanpa peduli lingkungan.

 

"Sementara pada lahan pertanian yang kebanyakan tanahnya telah dimiliki orang luar Cimenyan juga tidak diurus dengan pendekatan yang ekologis,” kata Basuki Suhardiman, Pendamping Ekonomi Petani dari Yayasan Odesa Indonesia di sela kegiatan pembagian bibit tanaman buah-buahan kepada petani di Kampung Cikawari Desa Mekarmanik Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung, Kamis, 18 Januari 2023.

Menurut Basuki Suhardiman, pemerintah mulai dari level Provinsi, Kabupaten, hingga Desa tidak memperhatikan sungguh-sungguh. Kebijakan pemerintah belum ada yang praktis dalam memberikan solusi bagi perbaikan ekologi.

Kalau pun ada kegiatan aksi sifatnya hanya untuk pemoles tanggungjawab, bukan dalam rangka benar-benar mengatasi lingkungan secara mendasar. Padahal jika mau melakukan program pertanian yang ekologis, dimensi penguatan pangan rakyat untuk menghasilkan gizi dan peningkatan ekonomi bisa dicapai.

Baca Juga: Update Cuaca! Angin Puting Beliung Menerjang Cimenyan Kawasan Bandung Utara, Bagaimana Kondisinya

Oleh karena itu Basuki Suhardiman mengkritik pemerintah agar lebih peka terhadap masalah petani dan juga krisis lingkungan di Kawasan Bandung Utara.

Luas lahan kritis Kawasan Bandung Utara itu puluhan ribu hektar. Kalau serius ditanami pohon buah-buahan, maka petani akan membaik ekonominya karena mendapatkan hasil panen selain sayuran.

"Petani yang selama ini hanya menanam sayur sangat menunggu pembagian bibit buah-buahan. Dan pada tanah milik orang kota yang kurang diurus mestinya para pemiliknya harus ikut bertanggungjawab dengan memperbanyak bibit buah-buahan,” kata Basuki.

 

Butuh Jutaan Bibit untuk KBU

Sementara itu menurut petani Mekarmanik yang rutin menjalankan kegiatan pertanian agroekologi dari Odesa, Toha Odik mengatakan, apa yang dilakukan Odesa Indonesia selama delapan tahun terakhir telah memberi kontribusi yang meyakinkan bagi penguatan pangan dan perbaikan lahan pertanian.

Toha yang selama ini mendistribusikan bibit buah-buahan, termasuk menggerakkan tanaman kopi, kelor dan hanjeli yakin langkahnya tepat sasaran dan dampaknya telah nyata dirasakan masyarakat.

Petani di Cimenyan bukannya tidak mau menanam pohon besar. Mereka enggan menanam bibit dari pemerintah karena jenis bibit yang dibagi oleh pemerintah itu berupa tanaman keras penghasil kayu.

Baca Juga: Jangan Khawatir! Lahan yang Dipakai IKN Mulai Terjadi Penghijauan, Berikut Penegasan Presiden

"Tanaman kayu seperti surian, pinus atau mahoni itu tidak menguntungkan secara ekonomi. Kalaupun ditanam akan ditebang hanya dalam waktu 4 sampai 5 tahun. Kalau yang dibagi adalah bibit buah-buahan lain ceritanya. Saya menjalankan program ini dan sekarang hasilnya luar biasa,” kata Toha.

Toha bercerita, pada mulanya petani sering menolak bibit pohon besar karena sebelumnya pemerintah memaksakan tanam dengan sekadar instruksi.

Akibatnya banyak bibit tanaman penghasil kayu seperti mahoni dan suren itu dibuang-buang saja. Bahkan ada banyak petani yang pura-pura menanam karena mereka menjalankannya sekadar untuk menyenangkan hati perangkat desa.

 

“Petani tidak mau protes atau menuntut karena tidak enak atas pemberian. Kalau diberi kan harus berterimakasih. Masalahnya, bibit tanaman kayu itu tidak memberi manfaat bagi ekonomi. Lain dengan bibit buah seperti nangka, sirsak, matoa, durian, sukun, jeruk, jambu, dan pepaya. Kalau bibit buah seperti sekarang petani membutuhkan karena telah merasakan manfaat hasil dari yang kita tanam,” papar Toha.

Toha menyarankan agar pemerintah dalam menjalankan program penghijauan tidak sekadar menghijaukan, tetapi lebih cerdas dengan memahami kebutuhan para petani. Kalau terus-terusan banyak banyak bicara tanpa kegiatan yang nyata,

Toha juga berkisah, selama delapan tahun terakhir telah mendistribusikan lebih 870.000 bibit tanaman buah-buahan dan juga tanaman kopi yang jumlahnya mencapai lebih 600.000 bibit.

 

Tetapi menurutnya, jumlah itu belum seberapa karena luasnya lahan pertanian mencapai puluhan ribu hektar. Menurutnya, kebutuhan bibit buah-buahan mestinya minimal 2 juta setiap tahun agar kecamatan Cimenyan. Cilengkrang dan Cileunyi bisa lebih baik.

“Saya senang kalau pemerintah itu mulai mengerti keadaan petani. Jangan hanya menyalahkan petani di bukit yang lahannya mengalirkan lumpur. Pahami keadaan dan kebutuhan kami. Kalau programnya seperti Odesa, tentu masyarakat akan menerima dengan senang hati dan akan memanen buah dan bisa menjual hasilnya,” terang Toha. ***

Editor: Sarnapi

Tags

Terkini

Terpopuler