Ratu Elizabeth baru berusia 25 tahun ketika dia melangkah ke tanggung jawab besar menjadi ratu suatu bangsa.
Dilansir dari Sportskeeda, Ia menjadi ratu Inggris Raya, Kanada, Australia, dan Selandia Baru setelah kematian ayahnya, George VI, pada 6 Februari 1952. Penobatannya berlangsung pada 2 Juni 1953.
Abad ke-20 jauh dari waktu terbaik untuk sebuah monarki, dengan banyak reformasi dan perubahan yang mencoba mencabut fondasi sistem ini.
Baca Juga: 6 Hal ini Pasangan Suami Istri Alami Kram Hingga Terganggunya Hubungan Intim, Begini Faktanya
Banyak raja jatuh di masa itu sementara banyak lainnya diganti, dieksekusi, atau dipenjara. Namun berbeda dengan Ratu Elizabeth II yang berkembang sebagai pemimpin baru bangsa.
Dia masuk setelah Perang Dunia II, salah satu periode paling kompleks secara historis, dan entah bagaimana berhasil memegang pemerintahan negara selama 70 tahun, melalui berbagai perubahan di setiap titik.
Salah satu setelan terkuatnya adalah bahwa dia adalah batu tulis kosong. Ratu Elizabeth adalah segalanya yang dibutuhkan rakyatnya.
"Karena dia telah menghabiskan seluruh hidupnya menjadi buku yang tertutup, orang-orang memproyeksikan padanya apa pun yang mereka inginkan,” kata seorang penasihat kerajaan resmi, dikutip dari Sportskeeda.
“Karena dia tidak menunjukkan emosi sama sekali, dia tidak membagi penonton itu. Dia tidak di satu sisi atau yang lain. Dan itu pasti melelahkan untuknya,” tuturnya.