Riwayat Pesawat N250 Gatotkaca, Kebanggaan Habibie yang Kini Dimuseumkan! Begini Sejarah

- 9 Januari 2022, 14:11 WIB
Riwayat Pesawat N250 Gatotkaca, Kebanggaan Habibie yang Kini Dimuseumkan! Begini Sejarah.
Riwayat Pesawat N250 Gatotkaca, Kebanggaan Habibie yang Kini Dimuseumkan! Begini Sejarah. /Instagram @persaruan_insinyur_indonesia

JURNAL SOREANG - Pesawat pertama yang dibuat oleh Indonesia adalah N250 Gatotkaca. Pesawat ini telah lama dikandangkan selama puluhan tahun di hanggar milik PT Dirgantara Indonesia (Persero) dan kini dikirim ke Museum Pusat Dirgantara Mandala di Yogyakarta.

Pesawat Seri N250 merupakan hasil dari mimpi Menristek di era Orde Baru, BJ Habibie, yang bisa diwujudkan tujuanya agar Indonesia mampu membuat pesawat sendiri. Tujuannya tidak lain agar Indonesia yang secara geografis berupa kepulauan, bisa terkoneksi lewat udara.

Mulanya, N250 didesain untuk kapasitas 30 penumpang, namun belakangan diganti menjadi 50 penumpang. Industri pesawat terbang di Bandung ini digadang-gadang jadi tonggak sejarah kejayaan kedirgantaraan Indonesia.

Baca Juga: Fasilitas Bus Tim Liga 1 vs Bus Klub Eropa, Apa Saja Perbandingannya?

Pesawat N250 mulai terbang perdana pada 10 Agustus 1995 di Bandara Husein Sastranegara, Bandung. Ribuan orang menyaksikan langsung penerbangan perdana pesawat pertama buatan anak bangsa tersebut.

Lepas landasnya N250 juga disiarkan langsung oleh TVRI. Gemuruh takbir, sorak sorai kebanggan, dan tepuk tangan menggema ketika pesawat N250 yang dipiloti Erwin Danuwinata itu berhasil lepas landas.

Saat itu, Presiden Soeharto yang ikut menyaksikan penerbangan pertama itu bahkan sampai beberapa kali mengusapkan sapu tangan untuk menyeka air matanya.

Soeharto seketika langsung memeluk Habibie yang berada di sampingnya tersebut lantaran tak kuasa menahan kebahagiannya.

Baca Juga: Lengkap! Biodata Evan Dimas Kapten Timnas di Piala AFF 2020, Ada Profil, Pendidikan, Karir, dan Orang Tua

Suasana bangga sekaligus haru menyelimuti para teknisi, insinyur, dan ratusan pasang mata yang menyaksikan pendaratan mulus N-250 di Bandar Udara Husein Sastranegara, Bandung setelah melakukan penerbangan selama 56 menit.

Tepuk tangan saat pesawat meninggalkan landasan dan saat mendarat dan saling salam-salaman disertai rasa haru tak tertahankan akan suksesnya uji terbang pesawat yang diberi nama "Gatotkaca" itu menyelimuti suasana upacara yang diliput pula oleh banyak wartawan asing.

Ditambahkan, dengan berhasil dibuatnya N-250 ini, maka Indonesia bisa mengurangi ketergantungannya kepada luar negeri. Selain itu pesawat baru ini membanggakan, karena bisa dijual ke negara-negara lain.

Pada tahun 1989, para insinyur IPTN mengubah desain pesawat menjadi lebih besar sehingga bisa memuat 50 penumpang. Rekayasa ini pada akhirnya akan meringankan pilot dan operator, tetapi pada tahap awalnya sangat menantang para insinyur pembuatnya.

Baca Juga: Menjelang Piala AFF U-23, Inilah Prediksi 11 Pemain Pilihan Shin Tae-yong, Salah Satunya Pemain Persib

Bila dapat diwujudkan dengan sempurna, maka teknologi fly-by- wire (fbw) misalnya, akan melindungi pilot dari manuver berbahaya. Karena semuanya serba elektronik, sifat pemeliharaan pesawat ini pun lebih efisien dibanding pesawat pendahulunya.

Teknisi nanti cukup menjalankan tes diagnostik untuk mengetahui problem yang ada. Kalau tidak ada problem, pesawat terus saja dapat dioperasikan, berbeda dengan pesawat sebelumnya yang harus memenuhi kewajiban pemeliharaan setiap waktu atau jam terbang tertentu.

N250 merupakan pesawat penumpang seukuran ini yang pertama kali menggunakan teknologi fbw. Ketika niat untuk menerapkan teknologi ini dikemukakan Dirut IPTN BJ Habibie yang juga menjadi desainer utama N250, kalangan penerbangan ada yang menilai itu hanya karena kesenangan berlebihan terhadap teknologi. Kenyataannya sekarang ide itu diikuti pesawat sejenis N-250 lainnya.

Selain fbw yang rumit, adanya niat untuk menjadikan N-250 sebagai pesawat baling-baling dengan kecepatan jelajah tinggi 330 knot atau hampir 600 km/jam, membuat para insinyur IPTN dihadapkan pada tantangan teknik yang besar, yang belum pernah mereka alami sebelumnya.

Baca Juga: Laga Perdana Cetak Gol! Buktikan Duet Brasil Semakin Padu, Ini Harapan Pelatih Robert Alberts

Bisa saja muncul problem-problem yang sebelumnya tidak terbayangkan. Pada dasarnya, setiap konsep integrasi teknik seperti pesawat menuntut tidak saja unjuk kerja baik dari setiap komponen atau bagiannya, tetapi juga ketika bagian dan komponen itu bekerja sebagai satu sistem.

Semuanya itu tidak mudah. Satu kali generator auxiliary power unit yang harus menyediakan tenaga listrik tambahan mati, ada pula kemudi digerakkan untuk memutar pesawat ke kiri, pesawat membelok sebaliknya, juga ada as generator di mesin yang patah.

Tetapi semua kesulitan itu normal saja dalam proses penciptaan produk teknologi. Sebagaimana dapat dilihat pada pesawat Apollo, pesawat ulang-alik, dan beberapa roket Ariane, bisa saja kegagalan terjadi bahkan setelah satu teknologi lolos dari ujian pertama.

Pesawat ini dapat menjelajah di ketinggian 25.000 kaki. Pesawat ini memiliki daya jelajah mencapai 2040 km dengan menggunakan bahan bakar opsional, sementara bahan bakar standar pada N-250 mampu menjelajah hingga 1.480 km.***

Editor: Rustandi

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah