JURNAL SOREANG – Jepang menjadi negara yang unik untuk di bahas, salah satunya mengenai perjodohan yang sampai sekarang masih ada atau dikenal dengan istilah omiai.
Walau saat ini orang-orang jepang lebih sering memilih pasangannya hidupnya sendiri, tetapi masih ada juga orang Jepang yang mendapatkan pasangan dari hasil perjodohan atau Taaruf ala Jepang.
Perjodohan di Jepang sudah ada dari zaman dulu dan sempat mengalami penurunan, namun perjodohan mulai populuer lagi akhir-akhir ini.
Baca Juga: Sedihnya Jadi Warga Negara Korea Utara, Salah Pakai Celana Bisa di Hukum Mati
Omiai menyubang 5,2 persen penikahan pada tahun 2010, dan pada 2015 naik menjadi 6,4 persen. Itu artinya ada peningkatan sekitar 23 persen.
Hal ini terjadi karena tekanan dari masyarakat yang berkaitan dengan kencan dan hubungan.
Banyak orang yang sudah merasa lelah dan sulit menemukan pasangan hidup, terutama karena faktor kepercayaan dan budaya.
Secara budaya di Jepang, usia yang diharapkan untuk segera menikah adalah 25 tahun untuk perempuan dan 30 tahun untuk pria.
Baca Juga: PARAH! Tak Bisa Akses Internet, 5 Fakta Merana Jadi Warga Negara Korea Utara
Perempuan berumur 25 tahun yang belum menikah sering dijuluki dengan istilah ‘Christmas Cake” yang berarti bahwa metera ‘tidak terjual setelah usia 25’.
Untuk saat ini, usia rata-rata pernikahan di Jepang sudah berubah menjadi 29 tahun untuk perempuan dan 31 tahun untuk pria.
Wanita yang lebih mementingkan karir daripada pernikahan, cenderung lebih mandiri dan kurang mendapat kesulitan hidup.
Tapi tekanan atau desakan dari masyarakat selalu menjadi masalah bagi mereka.
Bahkan ada asumsi pria yang sudah menikah menjadi karyawan yang paling diinginkan oleh suatu perusahaan.
Alasan-alasan tersebutlah yang mendorong Omiai semakin populer.
Ketika akan melakukan Omiai, ada persyaratan yang harus dilakukan dengan cara mendaftar di sebuah agensi yang mengatur Omiai.
Hal pertama yang akan dilakukan adalah dengan mengisi formulir profil diri sendiri, dan akan diminta untuk memilih pasangan.
Setelah itu akan dipertemukan dan akan dipersilahkan saling mengenal sebelum berlanjut kepada perjodohan dan pernikahan.***
Penulis : Rivaldi Nurfikri Alghifari
Sumber : Instagram.com/@cettajapanese
Foto : Ilustrasi Taaruf ala Jepang. Pixabay/Pexels