Bukan hanya itu, Kerajaan Kalingga juga telah menjalin kerja sama dengan Kekaisaran Cina sejak abad ke-5 M.
Selain itu, Ratu Shima juga berhasil mengembangkan sektor pertanian serta kerajinan tangan untuk meningkatkan ekonomi Kerajaan Kalingga.
Setelah memimpin selama 21 tahun, pada 695 M Ratu Shima meninggal dunia. Wilayah Kerajaan Kalingga kemudian dibagi menjadi dua untuk anak-anaknya.
Dalam buku Pustaka Raja-raja di Bumi Nusantara (1991:63), Atja Wangsakerta mengungkapkan, Pangeran Parwati yang diperistri Rahyang Mandiminyak dari Kerajaan Sunda-Galuh menguasai Kalingga utara. Sedangkan, bagian selatan diserahkan kepada Pangeran Narayana.
Namun, sepeninggal Ratu Shima ternyata kerajaan Kalingga di sereng hingga akhirnya hancur dengan kemungkinan disebabkan oleh serangan dari Kerajaan Sriwijaya.
Menurut Anton Dwi Laksono dalam Kebudayaan dan Kerajaan Hindu Budha di Indonesia (2018), pada 752 M, Kerajaan Kalingga menjadi wilayah taklukan Sriwijaya.***