JURNAL SOREANG –Seorang fotografer bernama Charlotte Curd mengetahui ada etika yang dipertanyakan di balik layar desa Suku Kayan Thailand, yang biasa disebut sebagai tempat wisata.
Suku Kayan berada dekat dengan perbatasan Thailand dan Myanmar, banyak turis yang berjalan-jalan menapaki desa kuno tersebut.
Mereka ingin melihat dan berfoto bersama wanita yang berada di Suku Kayan, yang biasa tinggal di deretan gubuk kayu.
Wanita suku Kayan terkenal dengan gulungan kuningan yang tampak memanjang di leher dan kaki mereka.
Baca Juga: Mengejutkan! Suku Kayan Hanya Boleh Melepas Cincin Leher Panjangnya 3 Kali Seumur Hidup
Mereka tersenyum sopan saat bertemu dengan para turis sambil menenun syal sutra atau bermain gitar dan bernyanyi.
Suku Kayan adalah pengungsi dari Myanmar, seorang fotografer asal Selandia Baru, Charlotte Curd berkata “ini bukan tempat yang menyenangkan” katanya.
Ia mengunjungi salah satu desa yang bernama Baan Pa Oo, dekat Chiang Rai pada 2016.
Curd mengatakan uang yang dibayarkan kepada pemandu wisata untuk memasuki desa tersebut, ternyata bukan penghuni Kayan.