JURNAL SOREANG - Memilih jadi Biksu ketimbang dinobatkan menjadi Raja. Kisah dramatis ini, terjadi pada putra mahkota Kerajaan Thailand.
Dia adalah, Mongkut atau Raja Rama IV. Phra Chorm Klao Chao Yu Hua merupakan gelar kebangsawanan yang diberikan kepadanya.
Perkiraan tahun 1834, ayahanda Mongkut meninggal dunia dan secara tradisi, dialah yang kelak dinobatkan sebagai penggantinya untuk menjadi Raja.
Baca Juga: Wow, Mencengangkan Banyai Rahasia Gelap di Balik Gemerlap Hollywood, Banyak yang Tidak Diketahui
Namun, hal tersebut ternyata diluar dugaan. Mangkot menolak tatkala dirinya akan dinobatkan sebagai penerus tahta kerajaan Thailand.
Dia berpikir, bahwa tahta sangat dekat dengan intrik politik dan kepentingan, meskipun sebagian besar bangsawan mengharapkan dirinya yang menjadi Raja.
Di Thailand, ada tradisi setiap anak laki-laki yang genap berusia 20 tahun wajib untuk menjadi biksu untuk sementara.
Baca Juga: Wow, Mencengangkan Banyai Rahasia Gelap di Balik Gemerlap Hollywood, Banyak yang Tidak Diketahui
Hal tersebut dilakukan oleh Mangkot, tatkala dirinya tengah genap berusia 20 tahun.
Dengan prinsipnya yang kuat, dia tetap ingin mengabdikan dirinya dengan memegang status kebiarawananya.
Mangkot, mengabdikan hidupnya untuk Buddhadhamma, dirinya menjelajahi negeri sebagai seorang biksu.
Baca Juga: Kabar Baik! Hadapi Persiraja, Jupe Bek Persib Bandung Siap Tampil, Ini Ujarnya
Tepat pada 1829, Mangkot bertemu dengan Buddhawangso, dia adalah seorang biksu yang sangat teguh memegang peraturan Vinaya.
Singkatnya, pada 1852 tepatnya ketika dirinya genap berusia 47 tahun, dan setelah mengahiri kehidupan monasiknya selama 27 tahun.
Ahirnya, dia dinobatkan sebagai Raja Thailand. Dia juga mengganti namanya menjadi Phra Chom Klao.***