5 Fakta Menyedihkan Kehidupan Ladyboy atau Transgender di Thailand, Diantaranya Harus Ikut Wajib Militer

- 15 Oktober 2021, 16:27 WIB
Potret Ladybot Thailand yang ikut dalam wajib militer
Potret Ladybot Thailand yang ikut dalam wajib militer /kementrianhumorindonesia

JURNAL SOREANG - Ketika menyebut istilah Ladyboy atau Transgender, maka bisa dipastikan persepsi orang akan mengarah ke Thailand.

Ya, negara berjuluk Negeri Gajah Putih tersebut dikenal sebagai negara yang “ramah” bagi transgender atau waria ini.

Keberadaan ladyboy, terutama di tempat-tempat hiburan malam sudah menjadi ciri khas yang unik dari negara Thailand.

Baca Juga: LINK LIVE Ikatan Cinta 15 Oktober 2021, Kabur dari Rumah Sakit, Elsa Kaget Tahu Siapa Jessica Sebenarnya

Sekilas, melihat dalam berita di media-media jika keberadaan ladyboy cukup diterima dengan baik masyarakat di sana.

Namun, di balik penampilannya yang terlibat menawan bak wanita sungguhan ternyata ada banyak fakta tak terduga yang sedikit kita ketahui.

Dikutip Jurnal Soreang dari medium.com, kehidupan seks wanita transgender sangat berbeda pada umumnya.

Sebelum mereka menjalani operasi pergantian alat kelamin, mereka masih bisa melakukan hubungan intim dengan normal.

Baca Juga: Manchester City Jadi Klub Selanjutnya Bagi Lewandowski?

Sementara bagi mereka yang yang sudah melakukan operasi pergantian alat kelamin, hubungan seksual mereka tidak akan normal lagi.

Selain itu, banyak di antara ladyboy yang menjadi korban pelecehan hingga dianggap sebagai warga buangan. Penasaran? berikut penjelasannya :


1. Sering dijadikan sasaran diskriminasi

Transgender khususnya ladyboy di Thailand sering menjadi korban pelecehan mulai dari ejekan, persekusi, hingga sentuhan fisik yang tidak senonoh.

Bahkan dalam urusan karier hingga pergaulan di lingkungan sosial pun mereka kesulitan, hanya ladyboy berpenampilan goodlooking saja yang punya kesempatan jadi
selebritis atau model.


2. Kesempatan kerja yang sempit

Bagi ladyboy yang tidak menjadi model atau seleb, mereka akan berakhir menjadi pekerja seks lantaran penolakan dari keluarga hingga untuk menutup utang. Hal ini makindiperparah dengan tingkat pendidikan yang rendah.

Penderitaan ladyboy Thailand belum berakhir, banya pihak tidak bertanggung jawab yang memanfaatkan peluang tingginya permintaan operasi ganti kelamin di Thailand yang
mengiming-imingi mereka dengan biaya operasi dan terapi hormon yang murah.

Baca Juga: 7 klub Indonesia Ini Tidak Boleh Berganti Nama dan Logo, kenapa ya? Ini Alasannya


3. Ladyboy diwajibkan ikut wamil (wajib militer)

Jika Korea mewajibkan seluruh penduduk laki-laki untuk ikut wajib militer alias wamil, berbeda dengan Thailand yang punya aturan unik, mereka memilih peserta wamil
melalui undian lotere.

Lantaran hukum Thailand melarang penduduknya mengubah jenis kelamin pada identitas kelahiran mereka, maka para ladyboy di Thailand tetap diakui sebagai pria dan diwajibkan ikut undian tersebut.


4. Ladyboy masuk kategori gangguan mental

Namun demikian, jarang sekali ladyboy yang diikutkan kegiatan wamil seperti halnya peserta lain lantaran dikategorikan sebagai penderita gangguan mental.

Kategori tersebut ditentukan Militer Thailand dan akan tercantum pada rekam medis setiap transgender sehingga mereka tidak akan diikutkan dalam wajib militer yang
sebenarnya.

Baca Juga: Pertemuan Baim Wong dan Kakek Suhud Berakhir Bahagia: Saya Malu Sendiri Dengan Kepribadianya


5. Diperlakukan layaknya seorang pria

Saat pengundian lotere tiba, para ladyboy tetap mendapatkan perlakuan sama seperti peserta pria. Saat pemeriksaan medis, mereka terpaksa harus melepas pakaiannya di
hadapan banyak peserta pria.

Para ladyboy merasa dipermalukan di hadapan banyak orang setiap acara pengundian lotere itu dilaksanakan. Oleh karena itu, saat ini pemerintah Thailand sedang mengkaji
undang-undang untuk pengakuan jenis kelamin ketiga untuk para transgender. ***

Editor: Sam

Sumber: Medium


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah