JURNAL SOREANG - Laporan terbaru amnesty internasional menyebut China telah menculik dan menahan anak-anak muslim Uighur di panti asuhan.
Sebuah kelompok hak asasi manusia (HAM) mengatakan China melarang anak-anak muslim Uighur yang berusia 5 tahun bertemu dengan orang tua mereka yang diasingkan.
Hal tersebut membuat masyarakat Uighur memutuskan untuk menitipkan anak-anak mereka dengan para kerabat dan sanak saudara terdekat, karena takut dianiaya oleh China.
Baca Juga: Cinta Dan Rindu, Atta Halilintar ingin Mempertemukan Orang Tuanya Dengan Aurel Hermansyah
Baca Juga: Perpustakaan Nasional Targetkan Tingkat Kegemaran Membaca Masyarakat 63,3 Persen pada 2022
Peneliti China di amnesty, Alkan Akad menyebut masyarakat muslim Uighur semakin terpojok.
"Anak-anak tidak diizinkan pergi, tetapi orangtua mereka menghadapi penganiayaan dan penahanan sewenang-wenang jika mereka berusaha kembali ke rumah untuk merawat anak-anak mereka," ujarnya.
Laporan tersebut dikuatkan dengan wawancara amnesty bersama keluarga muslim Uighur yang melarikan diri dari penganiayaan dan kini tengah mencari perlindungan Australia, Turki, Italia, Belanda dan Kanada.
Sepasang suami istri, Mihriban Kader dan Ablikim Memtinin melarikan diri dari Xinjiang, China ke Italia pada tahun 2016 silam, setelah mengalami penyiksaan oleh aparat kepolisian yang berusaha merampas paspor mereka.