Gawat! Ternyata 4 Alasan Ini yang Membuat Ukraina Diserang Rusia, Apa Saja? Simak Ulasannya

25 Februari 2022, 19:15 WIB
Potret masyarakat sipil Ukraina yang menderita karena perang yang bergejolak di Ukraina/Instagram @rac_lovecook /

JURNAL SOREANG - Agresi Militer Rusia di Ukraina beberapa hari terakhir semakin gencar dijalankan.

Militer Rusia sudah mulai bergerak ke berbagai kota di Ukraina yang membuat keadaan semakin panas.

Warga sipil mulai ketakutan dan panik Karena tank-tank militer Rusia sudah mulai bedatangan.

Baca Juga: Ukraina Digempur Rusia, Beginilah Bentuk Dukungan Dunia Sepakbola terhadap Ukraina, Jelang Piala Dunia

Beberapa wilayah bahkan sudah hancur lebih, korban banyak berjatuhan khususnya korban warga sipil yang tak bersalah.

Tempat - tempat strategis Ukraina pun sudah mulai dikuasai oleh pasukan militer Rusia yang paling menyita perhatian adalah pengambil alihan Pembangkit Listrik Nuklir di Chernobyl sudah dalam kuasa Rusia.

Banyak yang belum tahu sebenarnya apa saja yang melatarbelakangi penyerangan ini dan mengapa perang inu sampai bisa pecah. Berikut kami sampaikan beberapa alasan mengapa Rusia menyerang Ukraina.

Baca Juga: Profil Lengkap Mario Balotelli Striker Bengal yang Jadi Andalan Italia untuk Lolos Piala Dunia 2022

1. Ekspansi NATO di Eropa Timur

Alasan pertama konflik adalah karena NATO mulai mengekspansi wilayah Eropa Timur.

Mereka menyimpan tentaranya di beberapa titik dan diantaranya adalah Ukraina.

Tentara NATO mulai ditempatkan di beberapa titik di Ukraina yang membuat Rusia merasa keamanan negara mereka terancam oleh ekspansi ini.

NATO sendiri merupakan pasukan aliansi dari beberapa negara yang dibentuk untuk menjaga ketertiban wilayah regional yang rentan konflik.

Anggota NATO kebanyakan dari Eropa dan dikomandoi oleh Amerika Serikat, yang membuat Rusia merasa terancam dengan adanya NATO di daerah perbatasan.

Baca Juga: Sikap Indonesia terhadap Konflik Rusia dan Ukraina, Simak Ulasan Selengkapnya

2. Sejarah di Masa Lalu

Kejayaan masa lalu menjadi salah satu teori yang patut disorot. Hal ini diperkuat dengan retorika Presiden Putin beberapa hari sebelum penyerangan.

Presiden Putin berkata Ukraina adalah bagian lama dari Rusia. Ia juga berkata bahwa Rusia telah "dicuri" ketika Uni Soviet runtuh pada 1991. Ia pun menuduh Ukraina sebagai "koloni" AS.

Oleh karena itu Rusia menganggap Ukraina adalah alat Amerika untuk mengontrol ruang gerak Rusia di kawasan Eropa Timur.

Baca Juga: Rusia Memanas! Bagaimana Nasib Pertandingan Rusia Vs Polandia di Play-Off Piala Dunia 2022?

3. Pemberontakan Pro Rusia

Rusia merupakan pewaris utama Uni Soviet, setelah resmi terpecah negara tersebut menjadi terbagi menjadi beberapa bagian negara lain.

Banyak dari mereka kelompok-kelompok di beberapa negara pecahan masih menunjukkan keinginannya untuk menjadi bagian dari Rusia.

Mereka menjadi masalah utama di beberapa negara khususnya Ukraina, namun hal tersebut rupanya didukung oleh Rusia, karena memiliki ideologi yang sama dengan Rusia.

Hal ini dibuktikan dengan Rusia yang mendukung para separatis di Semenanjung Krimea Ukraina yang sempat dikonflikkan pada 2014.

Dan baru-baru ini, Putin mengakui kedaulatan daerah Donetsk dan Luhansk. Dan mengirim pasukan militernya untuk mendiami daerah tersebut sekarang.

Baca Juga: Meskipun Valentino Rossi Sudah Pensiun, Bos Dorna Tak Takut MotoGP Sepi Penonton

4. Pemerintah Ukraina yang Pro Barat

Konflik dimulai ketika Viktor Yanukovych, Presiden Ukraina, menolak perjanjian asosiasi dengan Uni Eropa demi hubungan yang lebih dekat dengan Rusia.

Para pengunjuk rasa menggulingkannya dalam ‘Revolusi Martabat (Revolution of Dignity).’ Sebagai imbalannya, Rusia mencaplok Semenanjung Krimea Ukraina dan mendukung pemberontakan separatis Ukraina timur.

Namun era sekarang menjadi berbalik dan Pro Barat yang membuat Rusia berang dan menganggap Ukraina berafiliasi dengan Uni Eropa dan Amerika Serikat.

Sejak itulah hubungan Rusia - Ukraina tidak harmonis dan beberapa kali bersitegang hingga puncaknya terjadi di akhir Februari ini dengan meletusnya agresi Rusia.***

Editor: Handri

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler