JURNAL SOREANG – Siapa sangka, dibalik kekuatan militer negara Korea Utara ternyata ada sisi lain yang jarang terungkap, salah satunya tentang tentara wanitanya.
Sebut saja penyiksaan dan pemerkosaan yang sempat dialami tentara wanita di Korea Utara saat mereka menjalani wajib militer.
Bahkan beberapa diantara tentara wanita tersebut sampai melarikan diri. Namun, apakah sebegitu mirisnya kehidupan tentara wanita di Korea Utara?
Dilansir dari youtube TOP INFO berikut 4 fakta tentang tentara wanita di Korea Utara.
1. Kehidupan di barak wanita seperti neraka dunia
Seorang mantan tentara wanita Korea Utara yang kabur, mengungkapkan barak wanita tentara wanita sangat menyedihkan.
Kondisinya sama sekali tidak seperti barak wanita, bahkan lebih menjijikan daripada barak pria.
Kebersihan sangat tidak dijaga, bahkan banyak kodok dan ular tersangkut di pipa air.
Didalam kamar mandi pun sangat banyak sampah berserakan, air pun sangat kotor karena tersumbat atau kemasukan sampah.
Terlebih lagi para tentara wanita sering kelaparan karena keterbatasan makanan.
2. Sulit mengalami haid karena efek latihan yang keras
Walaupun menjadi tentara wanita, tapi mereka tidak diberikan keringanan latihan dalam wajib militer, karena mereka diperlakukan hampir sama dengan tentara pria.
Akibatnya banyak tentara wanita yang mengalami kesulitan haid.
3. Rentan dengan pelecahan seksual
Walaupun statusnya tentara wanita, tapi kehidupan mereka sangat rentan dengan pelecahan seksual.
Beberapa tentara wanita yang sudah lolos dibawa ke tempat khusus kemudian pakaian mereka dilucuti dengan dalih pemeriksaan kesehatan.
Saat inilah ada atasan atau tentara laki-laki yang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Termasuk pemerkosaan yang terjadi di beberapa barak.
4. Hanya ada dua pilihan, bertahan dengan siksaan atau membelot ke negara sebelah
Tentara wanita di Korea Utara hanya punya dua pilihan, bertahan atau pergi ke seberang.
Baca Juga: Gelar Pesta di Tengah Lockdown Covid-19, PM Inggris Di Ambang Pemecatan, Berikut Penjelasannya
Jika bertahan maka mereka harus menahan penderitaan itu selama tujuh tahun.
Namun jika ingin membelot, maka mereka harus mencari cara agar bisa lari ke perbatasan dan meminta bantuan Korea Selatan.
Tapi dalam hal ini nyawa mereka bisa jadi taruhannya, sepertinya kedua pilihan ini sama-sama sulit.***