Sadisnya Keterlaluan! Habisi Ratusan Nyawa, Berikut 5 Ratu Paling Kejam Sepanjang Sejarah Dunia

6 Desember 2021, 18:10 WIB
Sadisnya Keterlaluan! Habisi Ratusan Nyawa, Berikut 5 Ratu Paling Kejam Sepanjang Sejarah Dunia /Yoga mulyana /pixabay/ArtRose

JURNAL SOREANG - Tak hanya raja yang bisa bersifat kejam dan tidak berperasaan tapi ternyata seorang ratu ternyata bisa berbuat demikian.

Ratu identik dengan sosok yang anggun dan mempesona, namun ada juga beberapa ratu yang jahat bahkan tega menghilangkan nyawa ratusan orang.

Dikutip Jurnal Soreang dari berbagai sumber, ini dia 5 ratu kerajaan paling kejam sepanjang sejarah dunia!

Baca Juga: Sejarah Peran Box-To-Box dalam Permainan Sepak Bola

1. Wu Zetian dari China

Awalnya, Wu Zetian adalah permaisuri Kaisar Gaozong dari Dinasti Tang yang memerintah daratan China sekitar tahun 700 SM. Namun memiliki kedudukan sebagai istri raja ternyata belum cukup bagi Wu Zetian.

Dirinya kemudian membunuh suaminya, membunuh saudara perempuan, kakak laki-laki, istri raja yang lain, dan anggota Dinasti Tang yang tersisa untuk mendapatkan tahta kerajaan.

Anehnya, walau Wu Zetian bersikap sangat kejam pada keluarganya, dia justru menjadi penguasa yang baik bagi rakyat.

Selama masa pemerintahannya, Wu Zetian menjalin hubungan baik dari kerajaan besar lain. Dia juga menjunjung tinggi toleransi beragama, dan membuat rakyatnya menjadi lebih sejahtera.

Baca Juga: Tak Disangka! Istri Kaisar Jepang, Maharani Masako Sempat Alami Depresi, Ini Penyebabnya

2. Ratu Isabella I dari Castile

Di bawah kepemimpinannya, Isabella I dan Raja Ferdinand berhasil menyatukan hampir seluruh wilayah Spanyol pada tahun 1497.

Baru setahun memerintah, Isabella I memaksa rakyat yahudi dan muslim untuk berpindah keyakinan menjadi kristen.

Tidak hanya itu, Isabella bahkan mendirikan Inkuisisi untuk mengadili orang-orang yang tertangkap basah masih menjalankan agama lamanya.

Hasilnya, banyak warga Yahudi dan Muslim terusir ke luar Spanyol demi mempertahankan keyakinannya. Sedangkan mereka yang tertangkap, mendapatkan hukuman kejam, dijadikan budak, bahkan hukuman mati.

Baca Juga: 3 Kata di Jepang yang Punya Makna Berbeda dengan Indonesia, Awas Jangan Sampai Salah Ucap

3. Ratu Mary I dari Inggris

Mary I atau yang dikenal juga sebagai 'Bloody Mary', merupakan putri Raja Henry VIII sekaligus ratu pertama Kerajaan Inggris yang berkuasa.

Beberapa hari setelah penobatannya di tahun 1553, Mary yang seorang katolik tulen memutuskan untuk mengembalikan Kerajaan Inggris sebagai negara katolik, dan melawan protestan.

Demi mempertahankan tahtanya, Mary I memenggal cicit Henry VIII yang bernama Lady Jane dan memenjarakan adik tirinya, Elizabeth I di Tower of London.

Terakhir, Ratu Mary I membakar Uskup Agung Canterbury dan 300 orang penganut protestan lainnya. Karena kekejamannya itu, Karena kekejamannya itu, orang-orang mulai menjuluki ratu mereka dengan sebutan 'Bloody Mary'.

Baca Juga: 10 Panglima Perang Paling Hebat Sepanjang Sejarah ini Berhasil Mengubah Dunia, Diantaranya Bernama Akbar!

4. Ratu Ranavalona I dari Madagaskar

Ranavalona I. Memerintah Madagaskar dari 1828 hingga 1861, apa pun untuk mendapatkan tahta.

Setelah meracuni Raja Radama I yang juga suaminya sendiri, membuat ibunya mati kelaparan, dan mengeksekusi pamannya, Ranavalona I naik tahta.

Awalnya, dia menjadi ratu yang baik dengan menentang kolonialisme. Tapi kebaikan itu gak berlangsung lama. Setelah beberapa tahun, Ranavalona I mulai melarang semua hal yang berhubungan dengan kristen.

Dia juga menyiksa para penganut kristen dan mengusir para misionaris asing yang tersisa.

Baca Juga: Terungkap! 3 Fakta Menyedihkan Maharani Masako Istri Kaisar Naruhito, Kekaisaran Jepang

5. Ratu Elizabeth I dari Inggris

Kebalikan dari 'Bloody Mary', Ratu Elizabeth I dikenang sebagai pemimpin yang hebat. Namun bagi pemeluk kristen katolik di Inggrdari Mary I, Ratu Elizabeth I adalah seorang protestan yang taat.

Dia mengakhiri penindasan pada pemeluk agama kristen protestan yang terjadi selama masa pemerintahan Ratu Mary I.

Sebagai gantinya, Elizabeth I melarang rakyatnya memeluk agama kristen katolik, apalagi sampai berani menghadiri misa di gereja.

Di masa pemerintahan Ratu Elizabeth I, menjadi imam atau memberi perlindungan kepada seorang katolik adalah sebuah penghianatan besar, dan pemerintahnya, ada 130 imam, 60 penganut katolik, dan 450 pemberontak dieksekusi.***

Editor: Rustandi

Sumber: berbagai sumber

Tags

Terkini

Terpopuler