Waduh! Bukan Kim Jong Un Pemimpin Terkejam di Asia, Ternyata Sosok Ini, Berasal dari Kamboja

27 November 2021, 20:02 WIB
Bukan Kim Jong Un, sosok pemimpin kejam ternyata dari Kamboja. /Ilham Maulana /tangkapan layar Instagram @humanrights730

JURNAL SOREANG – Kim Jong Un adalah sosok pemimpin tertinggi dari Korea Utara yang sangat terkenal karena kedikatatorannya.

Tak segan-segan, Kim Jong Un menerapkan aturan yang sangat membatasi ruang gerak dari warga Korea Utara.

Jika warga Korea Utara tidak mengikuti aturannya atau tidak sejalan dengan Kim Jong Un, dia tak sungkan untuk menghukumnya secara sadis.

Baca Juga: Sungguh Terlalu! Berikut 5 Aturan Aneh yang Diterapkan Kim Jong Un di Korea Utara, Bikin Geleng-geleng Kepala

Akan tetapi, ternyata ada sosok pemimpin yang lebih sadis dari Kim Jong Un dan berasal dari Kamboja.

Rakyat Kamboja mengalami masa lalu yang kelam dengan terjadi pembantaian atau genosida yang dilakukan oleh rezim pasukan Khmer Merah.

Pasukan Khmer Merah tersebut dipimpin oleh Pol Pot ini menguasai Kamboja selama empat tahun lamanya.

Selama penguasaan Kamboja oleh Kmher Merah, diperkirakan ada satu juta hingga dua juta orang tewas karena kelaparan dan yang lainnya.

Baca Juga: Bikin Ngakak, Ini Dia 4 Fakta Aneh dari Kim Jong Un, Pemimpin Diktator Korea Utara, Berikut Daftarnya

Sosok di balik peristiwa genosida yang terjadi di Kamboja adalah ketua pasukan Khmer Merah, Pol Pot.

Lantas siapa sosok Pol Pot yang menjadi pemimpin Khmer Merah dan sosok di balik genosida Kamboja ini?

Berikut sebagaimana dilansir Jurnal Soreang pada laman website biography.com, ini dia sosok Pol Pot.

Pol Pot ternyata hanya nama samara, dia lahir dengan nama Saloth Sar pada 19 Mei tahun 1925 di Provinsi Kompong Thom, Kamboja.

Baca Juga: Tragis Betul! Nasib Pangeran Dipangkorn Rasmijoti Dipisahkan Dari Ibu dan Tersingkir dari Kerajaan

Dia merupakan anak kedelapan dari sembilan bersaudara dan lahir dari keluarga yang relatife berada dengan memiliki 50 hektar sawah.

Awalnya, Pol Pot dididik di sebuah biara yang berada di ibu kota Kamboja dan kemudian bersekolah di Sekolah Katolik Perancis.

Kemudian, dirinya menerima beasiswa pemerintah dan mengirimkannya ke Paris untuk belajar teknologi radio di tahun 1949.

Selama di Paris, Pol Pot terlibat dengan partai komunis dan kemudian menggunakan nama yang kemudian lebih dikenal.

Baca Juga: Pelatih Persib Bandung Ungkap Kekuatan Arema FC, Robert Albert: Bukan Hanya Soal Stiker

Tak lama, kemudian beasiswanya ditarik dan dia pun kembali ke Kamboja berniat untuk membangun revolusi.

Pada tahun 1956, Pol Pot menikahi seorang perempuan yang ditemuinya di Paris bernama Khieu Ponnary dan berprofesi sebagai guru sekolah menengah.

Awal karir politiknya dimulai pada tahun 1962, saat itu Pol Pot menjadi sekretaris jenderal Khmer Merah.

Setahun berikutnya, dia melarikan diri dari Phnom Penh, karena Pol Pot takut dirinya akan ditangkap.

Baca Juga: Waduh! 4 Pangeran Kerajaan Thailand Bernasib Tragis, Bukan Pangeran Brunei Darussalam

Lalu pada tahun 1970, Raja Kamboja Norodom Sihanouk digulingkan dan diganti oleh Lol Nol.

Lima tahun berselang, Khmer Merah menguasai Phnom Penh dan mulai membangun yang mereka anggap sebagai Kamboja baru.

Khmer Merah menjadi salah satu rezim yang sangat brutal pada abad ke-20 dan Pol Pot terkesan dengan revolusi China di bawah Mao Tse-tung.

Pol Pot pun mengikuti jejak yang dilakukan China, dia mengevakuasi rakyat sipil yang ada di kota untuk pergi ke pedesaan.

Baca Juga: Wow, Bandara Heathrow di Inggris Buka Lowongan Kerja untuk Pembersih Salju dengan Gaji Rp8,3 Juta per Hari

Para rakyat sipil ini dipaksa untuk hidup dengan cara bertani dan ada sekitar dua juta orang yang dievakuasi.

Proses evakuasi yang dilakukan Khmer Merah ini pun terbilang kejam, ada ribuan orang tewas dalam beberapa minggu Khmer Merah berkuasa.

Hingga tahun 1979, Khmer Merah diperkirakan telah mengeksekusi kurang lebih dua juta orang.

Rezim Khmer Merah akhirnya dapat dijatuhkan setelah Vietnam dapat memasuki Kamboja pada akhir tahun1978.

Baca Juga: Jadwal Shalat untuk Tegal dan Sekitarnya, Minggu 28 November 2021

Setelah itu, dunia dapat menyadari akan kekejaman yang dilakukan Pol Pot bersama pasukannya.

Sebagai pemimpin Kamboja saat itu, Pol Pot bahkan membuat sebuah kuburan massal atau dikenal dengan “ladang pembantaian.”

Pol Pot akhirnya terbukti bersalah atas genosida yang dilakukannya, tetapi tidak pernah dipenjara.

Namun pada tahun 1997, dia ditangkap oleh sebuah faksi Khmer Merah dan mengadilinya dengan ditempat di dalam tahanan rumah.

Satu tahun berselang pada tanggal 15 April 1998, Pol Pot pun mati secara alami di dekat Anlong Veng, Kamboja.***

Editor: Rustandi

Sumber: bioghraphy.com

Tags

Terkini

Terpopuler