Tetapi produk rias seperti pemerah pipi atau blush on dikaitkan dengan pekerja seks dan karenanya dianggap sebagai tanda tidak malu.
Pandangan Romawi tentang kosmetik ini setidaknya sebagian berakar pada Stoicisme, sebuah filosofi yang mengedepankan kebaikan moral dan akal manusia.
Menghias tubuh dengan kosmetik menyiratkan kesombongan atau keegoisan, yang mana bagi orang Stoa, hal ini tidak diinginkan.
Tidak semua orang Romawi tahan terhadap riasan, beberapa orang terus memerahkan pipi mereka, memutihkan wajah dan garis mata mereka.
Tapi, ideal Stoic lebih condong kepada make up tanpa riasan, yang menggunakan produk perawatan kulit dan mandi untuk meningkatkan penampilan alami seseorang, bukan untuk menghiasnya.
Baca Juga: Wow Catat! Inilah 5 Taman Paling Indah dan Luas di Dunia, Adakah Taman di Indonesia?
Sedangkan kosmetik sangat populer di Kekaisaran Bizantium, sehingga warganya mendapatkan reputasi internasional untuk kesombongan.
Banyak dari mereka menggunakan kosmetik yang mengandung bubuk timbal dan produk berbahaya lainnya yang terbukti beracun.
Pada abad ke-19, Ratu Victoria dari Inggris menyatakan riasan adalah vulgar. Barulah pada tahun 1920-an kosmetik mulai terlihat.