Sukses di Tahun Lalu Kini Java Tea Festival Hadirkan Para Pelaku Industri Teh, Begini Tujuannya

7 Juli 2023, 21:39 WIB
Java Tea Festival (JTF) dalam gelaran Karya Kreatif Jawa Barat (KKJ) dan Pekan Kerajinan Jawa Barat (PKJB) menjadi upaya Bank Indonesia dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam meningkatkan ekosistem industri teh. /Moch Galih/JURNAL SOREANG

JURNAL SOREANG - Java Tea Festival (JTF) dalam gelaran Karya Kreatif Jawa Barat (KKJ) dan Pekan Kerajinan Jawa Barat (PKJB) menjadi upaya Bank Indonesia dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam meningkatkan ekosistem industri teh.

Selama tiga hari, mulai 7-9 Juli 2023, JTF 2023 merupakan kelanjutan dari penyelenggaraan perdana di tahun lalu yang dinilai sukses memetakan pelaku industri hulu-hilir teh di wilayah Jawa.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Barat Erwin Gunawan Hutapea saat ditemui pada sesi soft opening KKJ dan PKJB 2023 menyampaikan Indonesia merupakan negara produsen teh terbesar ke-8 dunia atau ke-2 di Asia Tenggara dengan nilai produksi mencapai 148 ribu ton/tahun.

Baca Juga: 6 Makanan dan Minuman yang Dapat Membantu Mencegah Bau Mulut, Salah Satunya Adalah Teh Hijau

"Dari pasokan tersebut, Jawa Barat memiliki pangsa lebih dari 70% teh nasional, sekaligus menjadikan Jawa Barat sebagai pusat produksi teh Indonesia," ungkap dia, di Gedung Sate, Kota Bandung, Jumat 7 Juli 2023.

Melalui JTF 2023 ini, Bank Indonesia bersama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat berfokus untuk semakin menunjukkan kualitas teh terbaik Indonesia serta memperluas pasar komoditas teh agar dapat semakin banyak dikenali oleh masyarakat domestik maupun global.

Bahkan, JTF 2023 juga turut menghadirkan beberapa booth artisan tea Indonesia yang telah mendapatkan penghargaan dunia Golden Leaf Awards atas kualitas terbaik teh Indonesia yang mereka tawarkan.

Baca Juga: 5 Efek Samping dari Minum Teh Manis Setiap Hari dan Berlebihan untuk Kesehatan Tubuh

"Dari berbagai program perluasan pasar yang akan semakin masif diimplementasikan ke depan, akan turut berdampak perluasan pasar ekspor teh Indonesia, yang pada tahun 2018 telah tercatat sebesar 42 ribu ton," ungkapnya.

Oza Sadewo, salah satu pelaku artisan tea dan peraih penghargaan Golden Leaf Awards, menyampaikan potensi pasar teh Indonesia baik domestik maupun global masih sangat luas.

"Di domestik, teh menjadi hidangan default bagi sebagian besar masyarakat Indonesia dalam mengkonsumsi makanan," jelasnya.

Sayangnya, mayoritas teh yang dikonsumsi tersebut masih merupakan komoditas dengan grade yang cenderung rendah dengan nilai tambah yang juga terbatas.

Baca Juga: Suka Minum Teh Manis? Hati Hati Jangan Sampai Kebanyakan Karena akan Berdampak Buruk untuk Kesehatan

Kondisi tersebut juga sejalan dengan fakta bahwa lebih dari 51.000 Ha atau 45 persen kebun teh Indonesia merupakan kebun rakyat.

Maka disinilah peran penting para artisan tea Indonesia. Tanaman teh rakyat yang mayoritas berumur lebih dari 70 tahun dengan karakter rasa yang lebih matang tersebut, merupakan sumber bahan baku utama yang banyak diminati dan menjadi input produk teh artisan.

Para pelaku artisan tea sendiri berperan untuk mendongkrak nilai tambah teh tradisional Indonesia hingga memiliki nilai jual tinggi di pasar global.

"Sejalan dengan kebun teh rakyat yang menjadi mitra erat teh artisan, maka pengembangan teh baik di sisi hulu maupun hilir, termasuk penyelanggaraan JTF 2023, akan berdampak secara inklusif hingga ke para petani teh lokal," jelasnya.***

 

Editor: Sarnapi

Tags

Terkini

Terpopuler