JURNAL SOREANG - Hujan deras yang mengguyur kawasan Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung, terjadi pada Senin 6 Juni 2022 sore hingga malam hari.
Peristiwa ini mengakibatkan sungai Ciwidey menjadi meluap dan membuat sejumlah fasilitas mengalami kerusakan.
Dari informasi dan video yang diterima Jurnal Soreang, salah satu jembatan ambruk dan beberapa rumah warga yang dekat dengan sungai alami kerusakan.
Diketahui, jembatan ini berada di wilayah perbatasan yang menghubungkan dua wilayah, yakni Kampung Warung, Desa Tenjolaya, Pasirjambu dan Kampung Neglasari, Desa Neglasari, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung.
Kepala Desa Tenjolaya, Kecamatan Pasirjambu, Ismawanto Somantri mengatakan, aliran sungai berasal dari wilayah hulu atau atas.
Disampaikannya, aliran tersebut sangat deras dan keruh yang menandakan dugaan daerah hulu atau atas saat ini sama sekali sudah tidak ada daerah resapan air.
Ismawanto menilai, kondisi ini juga diakibatkan karena alih fungsi lahan, baik skala besar maupun kecil, dimana sebagian petani membuka lahan dan mengganti tanaman keras ke sayuran.
"Kondisi tersebut diduga akibat alih fungsi lahan yang sangat tidak terkendali," kata Ismawanto dalam keterangannya, Senin 6 Juni 2022.
Peralihan jenis penanaman semacam ini, sambungnya, diduga kuat menjadi biang keladi banjir bandang yang kerap terjadi setiap hujan besar turun itu.
Selain itu, lanjut Ismawanto, banjir bandang juga diduga disebabkan pembukaan lahan yang sedang dilakukan oleh salah satu perusahaan.
"Ya, kemungkinan besarnya begitu. Akibat pembukaan lahan oleh perusahaan, kemudian para petani liar, baik yang besar maupun kecil yang merusak hutan dan menggantinya menjadi tanaman sayuran," ujarnya.
"Karena setiap musim hujan, ya pasti banjir bandang seperti ini karena di atas kan sudah tidak ada tangkapan air lagi, hutannya sudah rusak," sambungnya.
Baca Juga: Sebelum Bepergian Jauh Lakukan Sholat Safar, Berikut Penyesalan Niat, Tata Cara dan Doanya
Terkait hal tersebut, Ismawanto meminta pemerintah dan pihak terkait lainnya untuk tidak berpangku tangan.
"Kami mohon pemerintah yang lebih atas turun tangan melihat langsung. Mohon juga perusak lingkungan itu ditindak, termasuk para petani liar baik yang berskala besar maupun kecil," harapnya.
Jika dibiarkan, ia khawatir ke depannya kerusakan alam akan semakin luas. Selain itu, dampak dari kondisi serupa jelas-jelas akan semakin merusak lingkungan yang ada di bawahnya.
"Saat ini pun juga sudah ada beberapa retakan di halaman rumah warga," imbuh Ismawanto Somantri.***