Kemenag Jabar Akan Bentuk Kader Moderasi Milineal, Ajam: Saatnya Membangun Bangsa Bukan Saling Menyalahkan

13 November 2022, 09:48 WIB
Kepala Kanwil Kemenag Jabar, H. Ajam Mustajam (paling kiri) bersama Wakil Ketua Komisi VIII DPR Kang Ace Hasan (tiga kiri) bersama dengan para tokoh agama /Sarnapi/Jurnal Soreang

JURNAL SOREANG- Kepala Kanwil Kemenag Jabar, H. Ajam Mustajam mengatakan, pihaknya akan membentuk kader moderasi milineal karena Indonesia mendapatkan bonus demografi.

Diharapkan nantinya tidak ada lagi upaya menyalahkan antarpemeluk agama melainkan saling membangun bangsa.

"Sudah lah diselesaikan saja upaya saling menyalahkan dan tak menghargai perbedaan agama," kata Ajam dalam sosialisasi penguatan moderasi beragama di Hotel Sutan Raja Soreang, Jumat 11 November 2022.

Baca Juga: Kemenag Ajak LDII Cimahi Merawat Moderasi Beragama, Saepulloh: Jangan Mencerca Bila Ada Perbedaan

Acara dibuka Kepala Bagian Tata Usaha Kanwil Kemenag Jabar, Drs. Muhammad Ali Abdullatif, M. Ag. Ikut hadir Kepala Kanwil Kemenag Jabar H. Ajam Mustajam.

Mantan Kabid Penyelenggaraan Haji Kemenag Jabar ini menyatakan, Kemenag memiliki banyak kader milineal khususnya di lembaga pendidikan baik madrasah maupun pesantren.

"Semoga dengan adanya kader moderasi dari kalangan milineal ini bisa menumbuhkan sikap saling menghargai adanya perbedaan di masyarakat," katanya.

Baca Juga: Moderasi Beragama Tak Bisa Ditawar di Negara Majemuk Ini, LDII Cimahi Kawal Program Ini

Sementara Wakil Ketua Komisi VIII DPR, Ace Hasan Syadzily menyatakan, perbedaan di dunia baik suku, bangsa maupun agama adalah fitrah atau kepastian.

"Allah sebagai Maha Pencipta alam semesta tentu bisa membuat semuanya sama, namun ternyata Dia menciptakan manusia berbeda-beda," kata Kang Ace.

Lebih jauh wakil rakyat asal Dapil Kabupaten Bandung dan Bandung Barat ini, ada tiga sikap beragama yang sangat berbahaya sehingga kampanye moderasi agama ini sangat penting.

Baca Juga: Keren! Kampus di Bandung Ini Miliki Instruktur Moderasi Beragama Tersertifikasi Internasional

"Tiga sikap itu adalah fanatisme berlebihan, politisasi agama, dan menghalangi pelaksanaan ibadah. Tidak boleh fanatisme berlebihan misalnya dengan menganggap kelompoknya paling benar dan kelompok lain salah," ujarnya.

Demikian pula dengan memanfaatkan agama untuk kepentingan politik.

"Saya juga tak setuju apabila ada pelarangan terhadap pembangunan fasilitas ibadah karena Nabi Muhammad saja tak pernah melarang adanya bangunan ibadah agama lain. Demikian pula khalifah dan sahabat nabi tak pernah meruntuhkan bangunan ibadah saat menguasai suatu daerah," katanya.***

Editor: Sarnapi

Tags

Terkini

Terpopuler